Rabu, 04 Agustus 2010

SKETSAKU (LANJUTAN 1)

4

Selesai kuliah aku coba mengadu nasib di Bandung untuk membantu melanjutkan kembali usaha kakakku. Relatif seluruh waktuku tersita penuh untuk membantu kakakku sebagai batu loncatan untuk bekerja di tempat lain. Ketika pertama belajar bekerja sebelumnya aku hanya mempunyai target mengumpulkan uang untuk menambah biaya menyelesaikan kuliah. Setelah kuliah selesai yang kupikirkan bekerja bukan lagi sekedar hanya mencari uang tapi lebih dari itu adalah untuk eksistensi diri dan tanggung jawab hidup yang lebih luas, terutama bisa membantu adik-adikku. Alhamdulillah apapun pekerjaan yang diberikan oleh kakakku aku selalu mencoba berusaha untuk meyelesaikan dengan sebaik-baiknya, aku tak pernah mengeluh.

Sambil membantu usaha kakakku, aku mencoba melamar di beberapa perusahaan di Bandung tapi tak pernah ada panggilan. Yang ada hanya dengan membawa langsung lamaran itupun sebagai tenaga sales untuk barang-barang dan asuransi. Aku pernah mencoba bekerja di asuransi Panin dan Jiwasraya, tapi hanya sebagai tenaga sales, hal itu membuat aku tertekan, karena aku kurang percaya diri. Dan merasa tak cocok sebagai tenaga sales.

Alhamdulillah, setelah banyak mengalami cobaan lainnya, dengan bantuan kakakku, aku ditawarkan kesempatan untuk bekerja di Jakarta bersama temannya (Almarhumah Mbak Menuk). Aku diterima bekerja sebagai staf di PT. Mutiara Hitam Pertiwi dengan gaji seadanya. Awalnya aku sangat bingung dan aku merasa apa yang kupelajari, apa yang kutahu, tak ada yang bisa kumanfaatkan untuk memulai pekerjaan baruku. Aku merasa berlajar kembali mulai dari nol, sedikit demi sedikit. Aku tak berpikir berapa gaji yang seharusnya kuterima sebagai seorang sarjana, yang penting bagiku saat itu aku bisa bekerja, apapun itu !. Sehingga berapapun perusahaan membayarku aku terima dengan rasa syukur. Saat aku mulai bekerja diperusahaan tersebut aku masih bujang, dan aku tak punya tempat tinggal yang tetap, oleh sebab itu aku sering berpindah-pindah tempat, kadang numpang ditempat saudara tapi lebih sering nginap dikantor. Saat nginap dikantor aku manfaatkan waktuku untuk belajar komputer dan sistim accounting dalam komputer sampai aku menguasai materi-materi pekerjaan rutinku. Seterusnya apapun tugas yang diberikan oleh atasanku aku selesaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk Laporan Keuangan sedikit demi sedikit akhirnya bisa kukuasai. Alhamdulillah aku juga dipercaya oleh perusahaan untuk menjaga barang-barang inventaris dan dipercaya untuk bagian pengadaan barang. Semaksimal mungkin semua tugas kantor kujalani dengan sabar dan jujur, sedikit demi sedikit gajikupun mengalami penyesuain, cukup untuk hidup sederhana dengan keluargaku.

Ternyata aku memang senang bekerja dibelakang meja sambil mengutak-atik komputer, aku sangat menikmati pekerjaanku. Aku menikmati posisi dan keberadaanku di perusahaan itu, sebagai karyawan (membuat Laporan Keuangan), sementara teman-teman sekantorku yang lain sudah gonta ganti keluar masuk beberapa kali. Sejak awal aku meninggalkan kota Bima, belajar di Yogya dan melanjutkan belajar hidup di Bandung dengan kakakku hingga bisa bekerja di Jakarta dengan gaji secukupnya, aku hanya bisa ber “syukur” betapa Allah senantiasa memberikan Karunia-Nya yang tak terhingga buatku. Sampai saat ini aku dalam keadaan sehat, bisa hidup sederhana dan bersahaja dengan anak-anak dan istriku.


5

Aku menikah setelah bekerja satu tahun, yaitu tanggal 17 Desember 1995. Aku pertama kali bertemu calon istriku tahun 1989 di Bandung. Waktu itu aku hanya ketemu dalam pertemuan perkumpulan orang-orang Bima Dompu di Bandung (ROMBO), saat aku istrahat kuliah untuk membantu usaha kakakku (kak Ud), karena saya mencari tambahan biaya untuk menyusun tugas akhir kuliahku. Perasaan suka itu saya pendam sendiri sampai 6 tahun setelah saya yakin dengan diri saya sendiri, baru bisa saya ungkapkan perasaanku keorang tuanya. Kami tak sempat pacaran. Kami hanya bisa ketemu diwaktu-waktu tertentu saja. Dengan kesempatan terbatas. Hanya menyambung silaturahmi saja antara kedua orang tua yang selanjutnya di sepakati bahwa kami harus segera menikah. Dan ternyata alhamdulillah aku dikaruniai istri yang mau memahami keadaanku. Kami tinggal di rumah kotrakan yang relatif sangat sederhana. Karena niatku apapun keadaan keluargaku (saya dan istriku), kami harus mandiri agar kami bisa lebih bebas untuk saling memahami dan saling menerima keadaan masing-masing. Disamping itu awal menikah kami sering tinggal berpisah kurang lebih lima tahun, karena tugas kerja istriku di Lampung dan saat putra kedua lahir di Bandung. Daerah tempat tugas istriku kalau ditempuh dari Pelabuhan Bakeuhuni kurang lebih dua tiga jam, kalau dari Jakarta kurang lebih 9 atau 10 jam tergantung dari lama penyebrangan Merak Bakeuheni, yaitu daerah Dusun Bangunan Desa Palas, Lampung Selatan. Masa-masa awal menikah memang kami memerlukan pengorbanan dan perjuangan yang berat, kami berusaha untuk saling mengenal kepribadian dan kebiasaan masing-masing, kami punya waktu yang banyak untuk berdua, anak pertama lahir di Bandung setelah usia perkawinan kami kurang lebih 1 tahun, waktu anakku dalam kandungan istriku sedang sibuk-sibuknya ikut ikatan Dinas dan kegiatan lainnnya, dan baru umurnya kurang lebih dua bulan langsung dibawa ikut ketempat tugas istriku (daerah Dusun Bangunan Desa Palas, Lampung Selatan). Alhamdulillah adikku Nila mau menemani istriku selama tugasnya. Ya Allah muliakanlah adikku Nila, adikku telah banyak berkorban buatku. Sementara saya pulang pergi Lampung hampir setiap Minggu. Masa-masa sulit kami berumah tangga bisa kami atasi dengan pengertian, pengorbanan dan kesabaran yang luar biasa. Waktu saya banyak tersita di jalan antara Bandung, Lampung dan Jakarta. Sehingga saya senantiasa, punya kesulitan ditempat kerja, keuangan dan bermasyarakat karena terasa waktu menjadi sangat terbatas dan biaya transport jadi cukup besar. Tapi semuanya saya nikmati karena keadaannya memang seperti itu. Aku tetap ikhlas menjalaninya, walaupun demikian aku tetap berusaha untuk merubah agar kami bisa tetap berkumpul dengan keluarga tanpa harus pulang pergi cukup jauh antara Lampung atau Bandung. Namun demikian dengan saling berjauhan, kami bisa merasakan betapa nikmatnya kami bisa saling rindu dan terasa lebih nikmat ketika saat-saat kami bisa berkumpul bersama melepaskan rasa rindu. Ketika anak kedua mau lahir alhamdulillah aku bisa segera memproses kepindahan istriku, sehingga kami bisa berkumpul bersama di Jakarta.

Setelah menempati rumah kontrak selama 10 tahun kami sekeluarga pindah ke rumah sendiri di Desa Limo “Sawo Griya Kencana”, kami pindah tanggal 25 September 2005. Dengan perabotan seadanya kami menempati rumah baru dengan penuh rasa syukur, mudah-mudah di rumah ini kami bisa membangun keluarga yang sakinah, mendidik anak-anak yang bisa memberikan “penyejuk” hati kami dan menjadi anak-anak yang soleh. Ya Allah Jadikanlah Anak dan Istriku menjadi penyejuk hati dan pandanganku.

Putra pertama kami Luqman Rafif lahir tanggal 01 Januari 1997, yang kedua Rifki Alaudin lahir tanggal 27 September 1998 dan yang ketiga Muhamad Kahfi Al Bana lahir tanggal 23 Maret 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar