Kamis, 26 Juli 2012

Tafsir Thaahaa ayat 131 - 132


SHURAT THAHA AYAT 131-132
(Tafsir Tarbawi)

  • 131. dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
  • 132. dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. [1]


Allah swt,telah menjadikan kehidupan dunia sebagai perhiasan dan ujian bagi kaum muslimin. Sebagai perhiasan dunia, dunia di penuhi oleh gemerlap kenikmatan yang menjamin kebutuhan materiil manusia.oleh karna itu, dengannya bisa tercapai tujuan hidup, termasuk di antaranya tujuan menggapai kemuliaan di sisi tuhan. tetapi sebagai ujian, gemerlap dunia, pada ahirnya kemuliaan dan kehinaan manusia sering kali di tentukan dari caranya memandang kehidupan di alam fana ini.
Ayat yang mulia di atas, memberikan peringatan kepada kita agar tidak tertipu oleh kenikmatan dunia yang telah Allah berikan kepada sebagian orang. kepada kita juga di tawarkan jalan keluar dari berbagai kesulitan hidup yang menerpa manusia. Jalan keluar itu adalah shalat dan sabar. Sehubungan dengan itu, selayaknya kita yakini bahwa tidak ada jalan keluar terbaik dalam menghadapi berbagai problema kehidupan, kecuali dengan melaksanakan solusi yang di tawarkan oleh Allah swt.      
   
I.     ASBABUN NUZUL
Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Murdawaih dan Bazzar dan Abu Ya'la telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Abi Rofi' yang telah menceritakan bahwa nabi Muhammad saw. menerima tamu dan mau menjamunya, kemudian nabi saw mengutusku kepada seorang laki-laki yahudi untuk meminjam sekantong trigu darinya yang akan di bayar nanti pada permulaan bulan rajab, maka orang yahudi itu berkata "tidak, kecuali apabila ia memakai jaminan" lalu aku datang kepada nabi saw dan melaporkan padanya apa yang telah di katakan oleh orang yahudi tersebut itu. Maka nabi bersabda : "ingatlah, demi allah, sesungguhnya aku adalah orang yang di percaya di langit dan di percaya pula di muka bumi ini" dan aku tidak berpamitan meninggalkan majlis nabi saw, sehingga turunlah ayat ini (surat thaha ayat 131)[2]

II.  KANDUNGAN AYAT
Surat thaha ayat 131-132, berisi larangan menoleh kapada berbagai kenikmatan dunia yang telah di berikan kepada orang-orang kafir. Mereka adalah kaum yang telah terhijab dari memikirkan dan melihat keagungan Allah. Semua kenikmatan itu diberikan kepada orang-orang kafir semata-mata sebagai "bunga kehidupan"untuk menguji mereka, karena kenikmatan dunia yang di rasakan oleh orang-orang kafir justru akan menjadi suksa bagi mereka, kelak di ahirat. Siksaan ini di berikan karena mereka lalai mensyukuri nikmat tersebut dengan jalan beriman kepada ayat-ayat Allah swt.
Bagaimanapun juga, karunia Allah ta'ala yang di limpahkan kepada orang-orang beriman berupa hidayah dan keimanan, merupakan kenikmatan yang jauh lebih berharga dari kemilau dunia orang-orang kafir. Nikmat seperti ini lebih aman dari kemungkinan hilang, lebih langgeng dari kemungkinan musnah, dan lebih menentramkan hati di dunia dan ahirat.[3]
Selanjutnya, berkenaan dengan ayat 132 yang telah di hadirkan di awal bab ini, imam ibnu katsir rahimahullah menjelaskan,ayat ini berisi perintah untuk mendirikan shalat dengan sabar sebagai sarana menuju ketaqwaan. melalui sarana taqwa ini setiap muslim mendapat jaminan Allah berupa jalan keluar dari berbagai kesulitan dan pintu bagi datangnya rizqi dari jalan yang tiada di sangka-sangka.
Setelah turunnya surat Thaha ayat 132, rasululloh saw. berangkat kerumah Fathimah r.a. dan menyuruh putrinya tersebut mengerjakan shalat dalam menghadapi segala kesulitan dalam kehidupan.nabi saw. melakukan perbuatan ini yaitu menyuruh putrinya untuk shalat dalam menghadapi kesulitan terus menerus selama sebulan. inilah sunnah rasululloh saw, yaitu menegakkan shalat bila di landa kesusahan. beliau nabi saw,  menegakkan sunnah ini lewat da'wah bil hal, yaitu mengamalkan dan memerintahkan, sehingga orang-orang salaf yang saleh senantiasa memelihara sunnah yang agung ini bila mereka di landa kesulitan. [4]  

III.   POKOK-POKOK PEMBAHASAN[5]
  1. Larangan mengarahkan pandangan (dengan iri ) kepada orang-orang yang telah di beri kenikmatan.larangan ini wajib untuk di patuhi. Ukuran kemulyaan seseorang di sisi Allah tidaklah terletak pada harta kekayaan yang berlimpah, tetapi pada kadar ketaqwaannya kepada Allah swt.
  2. Kenikmatan berupa harta yang telah di berikan kepada sebagian orang,merupakan ujian baginya dalam mengukur sejauh mana kualitas syukur yang di miliki.kenyataan menunjukkan bahwa harta serinh membuat pemiliknya lupa diri,mengeluarkannya pada jalan yang sia-sia,atau berusaha menambah jumlah melalui jalan yang tidak benar.kegiatan menumpuk-numpuk harta kekayaan telah mengakibatkan tersitanya waktu dari mengingat Allah.
  3. Allah swt. telah memberikan nikmat yang banyak kepada setiap hamba. hanya saja manusia sering berpandangan sempit dengan membatasi makna nikmat dari sisi materiil saja.padahal, seluruh keberadaan diri kita merupakan nikmat yang patut di syukuri.sekecil apapun yang kita terima dari Allah itu adalah yang terbaik bagi kita.memang yang terbaik menurut manusia belum tentu baik menurut pandangan Allah,begitu pula yang buruk menurut manusia belum tentu buruk menurut Allah,oleh sebab itu,bisa jadi kekayaan yang melimpah belum tentu cocok bagi kehidupan kita.
  4. Bersyukur dan menerima rizki dari Alloh bukan berari mengizinkan kita untuk bermalas-malasan dalam mencari ma'isyah .orang-orang salaf yang shaleh mengatakan bahwa "harta adalah senjata kaum muslimin.bahkan, ibnu Abbas pernah berkata "Dinar dan dirham adalah cincin Allaoh di muka bumi,yang dengannya terlaksana segala kehendakmu"
  5. Dalam ayat di atas Allah swt. memerintahkan kaum muslimin untuk mengajak keluarga dan kerabatnya mendirikan shalat dengan sabar,tujuannya adalah agar ibadah tersebut menjadi penolong dalam menghadapi berbagai kesukaran.[6]
  6. Kehidupan dunia dengan segala gemerlapnya,bias juga di hadapi dengan menerapkan dang mengembangkan sikap hidup sederhana.sikap hidup ini dilakukan dengan cara meredam berbagai kecenderungan hawa nafsu duniawi yang tidak terkendali,ini dilakukan bagi mereka yang hawatir terjerembab dalam kehinaan dan kelalaian akibat tipuan dunia.sikap yang di kaksud ialah berbuat zuhud.
Hal ini di maksudkan agar pada masa dewasa nanti,anak didik dapat melaksanakan kewajiban jihad dan dakwah dengan sebaik-baiknya. Cukuplah rasulullah saw. sebagai suru tauladan generasi muslim, baik dalam kehidupannya yang sederhana, zuhud dalam makanan, pakaian dan tempat tinggal,agar mereka selalu siap menghadapi segala sesuatu yang menghadangnya.[7]
Pantaslah jika umat  islam terlalu lama dalam kesenangan, kemewahan, tidur di atas sutra, dan tergiur oleh harta benda, maka akan cepat sekali roboh dan pasrah terhadap serangan musuh. Roh kesabaran, persatuan serta jihad di jalan Allah menjadi pudar dalam jiwa para pemuda. Rasanya masih terlalu segar dalam ingatan kita akan sejarah peristiwa jatuhnya Andalusia.   

IV.   TARBIYAH DALAM AYAT DI ATAS
1.    Taqwa[8]
  • Di antara sifat-sifat yang harus di tanamkan dalam dunia pendidikan adalah bertaqwa,ada beberapa definisi yang di kemukakan para ulama' tentang taqwa di antaranya adalah sebagai berikut :
  • Menjaga agar Allah tidak melihatmu di tempat larangannya, dan jangan sampai anda tidak di dapatkan di tempat perintahnya. Mengerjakan apa yang di perintahkan Allah dan meninggalkan larangannya.
  • Menjaga diri dari 'azab Allah dengan mengerjakan amal shalih,dan merasa takut kepadanya, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan.
  • Kedua definisi di atas tersebut pada prinsipnya sama, yaitu menjaga diri dari 'azab Allah dengan senantiasa merasa berada dibawah pengawasan nya (muraqabah). juga senantiasa berjalan pada metode yang telah digariskan Allah,baik secara sembunyi atau terang-terangan,dan berusaha semaksimal mungkin untuk menekuni yang halal dan menjauhi yang haram.
  • Dalam dunia pendidikan para pendidik, sudah barang tentu termasuk orang-orang yang paling pertama terkena perintah dan pengarahan di atas, karna pendidikan adalah panutan yang akan senantiasa diikuti dan ditiru,ia juga adalah penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan ajaran islam.

Jika pendidik tidak menghiasi dirinya dengan taqwa,prilaku dan pergaulan yang berjalan di atas metode islam,maka anak akan tumbuh menyimpang,terombang ambing dalam kerusakan,kesesatan dan kebodohan.mengapa? karena anak melihat yang mendidik dan mengarahkannya telah berada dalam lumpur dosa,berselimut kemungkaran dan kerusakan.sang anak tumbuh tanpa ada penahan dari Allah,tanpa ada rasa muraqabah (mawas diri) kepada Allah dan tanpa ada kendali dari batinnya.wajar jika sang anak kemudian ternoda lumpur-lumpur dosa dan menyimpang dalam lingkungan jahiliyah dan zaman kesesatan dan kehancuran.
Karenanya,para pendidik hendaknya memahami realitas ini,jika menginginkan kebaikan ini,perbaikan dan petunjuk bagi anak-anak dalam lingkungan alam yang suci dan bersih.

2.    Penyabar[9]
Termasuk sifat mendasar yang dapat menolong keberhasilan pendidik dalam tugas pendidikan dan tanggung jawab pembentukan dan perbaikan, adalah sifat sabar, yang dengan sifat ini anak akan tertarik kepada pendidikannya.dengan kesabaran pendidik, sang anak akan berhias dengan akhlaq yang terpuji, dan jauh dari perangai tercela.ia akan menjadi malaikat dalam wujud manusia.
Oleh karna itu Islam memberikan perhatian besar kepada sifat sabar ini,menganjurkan untuk mendapatkan sifat itu di dalam ayat-ayat al Quran dan hadits-hadits nabi,agar orang-orang khususnya para pendidik dan juru da'wah mengetahui bahwa kesabaran merupakan keutamaan sepiritual dan moral yang paling besar,yang mengantarkan manusia kepuncah keluhuran akhlaq.
Karenanya para pendidik hendaknya menghiasi dirinya sengan kesabaran,kelemah lembutan dan ketabahan,jika dalam upaya mendidik umatnya menginginkan kebaikan dan perbaikan,petunjuk bagi generasi muslim dan perbaikan anak-anaknya.
Ini semua tidak berarti bahwa pendidik selamanya harus berlemah lembut dan sabar dalam mendidik anak.tetapi di maksud agar pendidik menahan dirinya ketika hendak makan,tidak emosi ketika meluruskan kebengkoan anaknya,dan memperbaiki akhlaqnya.jika memang dia melihat kemaslahatan dalam member hukuman kepada anak dengan kecaman atau pukulan misalnya,hendaklah ia jangan ragu-ragu mengeluarkan hukuman itu.sehingga anak menjadi baik kembali menjadi lurus akhlaqnya.jika ia dapat bertindak dengan bijaksana,maka ia akan mendapatkan keuntungan yang besar.                              



[1]  Shurat thaha ayat 131-132
[2]  Lubanun nuqul fi asbabin nuzul,Al Jalal Assuyuthi,mathba'ah wannasyr safa karya insani indonesia,hal:235
[3] Ayat-ayat larangan dan perintah dalam al-Quran,K.H.Qamaruddin Shaleh dkk,edisi pertama,CV penerbit Diponegara,bandung,hal:294-295
[4]  Ibid:294
[5]  Ibid:296-297
[6]  Ibid:296-297
[7] Terjemah Tarbiyatul Aulad/pendidikan anak dalam islam,buku I,Prof.Dr.Abdullah Nasih Ulwan/Drs.jamaludin miri.LC,pustaka amani,Jakarta,cetakan ke III nivember 2007,hal:255-256
[8] Ibid,buku ke II,hal:339-343
[9] Ibid,buku ke II,hal:346-350

Kamis, 26 April 2012

Indahnya Hidup Bersahaja

Indahnya Hidup Bersahaja, Indahnya Dunia sumber : Media Muslim WebBlogs . Posted on 08/04/2012 by fitri Indahnya Hidup Bersahaja, Indahnya Dunia sumber : Media Muslim WebBlogs . Indahnya Hidup Bersahaja, Indahnya Dunia Kita tidak perlu bercita-cita membangun kota Jakarta, lebih baik kita bercita-cita tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal punya daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan sampai kita tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak mempunyai diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita adalah membuat kita berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab seorang bapak tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jangan mengharap memperbaiki keluarga kalau memperbaiki diri sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri, jika tidak mengetahui apa yang mesti diperbaiki. Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang ustad akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an, “Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak diperbuatnya”. Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh. Mudah-mudahan dengan kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah mulai membaik. Kalau sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa berbuat banyak untuk bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga visinya tentang hidup ini menjadi baik. Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga kita ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang sekarang menyebutnya materialistis. Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya terlalu banyak. Acara tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan menjadi begitu. Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tidak goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya dan tidak sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’ , ia punya mobil tidak sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu persatu sampai habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak merasa memiliki hanya tertitipi. Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor yang iri dan dengki jadi minimal. Saudara-saudaraku Sekalian, Jadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tidak bergantung lagi kepada dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja dan proporsional. Sekarang kita sedang krisis, masa ini dapat menjadi momentum karena dengan krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat, ini kesempatan kita buat berdakwah. Mau naik berapa saja harganya tidak apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang yang sengsara bukan tidak cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan kita lengkap dengan rezekinya. Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia tidak punya apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus. Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung menghadapi hidup. Semua orang sudah ada rezekinya. Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan Allah dan yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik Allah. Kita hanya mahluk dan yang membagi, menahan dan mengambil rezeki adalah Allah. Orang yang yakin seperti itu akan dicukupi oleh Allah. Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat tawakal. Allah berjanji “Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku”. Jadi jangan panik. Allah penguasa semesta alam. Ini kesempatan buat kita untuk mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adalah ketawakalan. Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang, bukan kena penyakit, musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat adalah yang tidak punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau kemana. Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana, kita harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang terbaik terjadi pada diri kita, tapi kita bisa kemas agar menjadi yang terbaik bagi diri kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita, tapi kita bisa membuat penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita. Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga adalah Lainsakartum laadziddanakum,”Barangsiapa yang pandai mensyukuri nikmat yang ada, Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi jangan takut dengan belum ada, karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai mensyukuri yang telah ada. Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang yang naik lebih baik memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan mensyukuri nikmat yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu sudah tersedia. Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada orang yang dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi mudah berbuat maksiat. Yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat membuat kita dekat dengan Allah. Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah jika yang ada tidak kita syukuri. Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan. Hati-hati yang suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur nikmat. Mengapa? Karena setiap Allah memberi uang itu ada hitungannya. Mereka yang terbiasa glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk yang akan menderita karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan berubah-ubah tidak akan terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap menderita karena akan mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahannya, untuk menjaganya dan untuk perawatannya. Dia juga akan disiksa oleh kotor hati yaitu riya’. Makin mahal tingkat pamernya makin tinggi. Dan pamer itu membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena rampok akan berminat. Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya pening. Makin tinggi keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki. Pokoknya kalau kita terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak terasa. Hal yang bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah. Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riyanya kecil. Tidak ada yang perlu dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya orang yang bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan menjadi pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin decak kagum. Ulama yang bersahaja itu juga membuat simpati. Juga harus hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita nikmati budaya syukur dengan hidup proporsional. Jangan capai dengan gengsi, hal itu akan membuat kita binasa. Miliki kekayaan pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah rekan-rekan sekalian kita akan menikmati hidup ini jika kita hidup proporsional. Nabi Muhammad SAW tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah yang akan menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit. Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta, jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya ini akan menjadi mulia. Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli yang mahal-mahal, yang bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu sebenarnya tidak menjual barang-barang primer. Allah Maha Menyaksikan. Apa yang dianjurkan Islam adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau makan sampai nasi yang terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke undangan pesta jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tidak islami. Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah. Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena kita sudah kufur nikmat. Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh Allah. Contohnya mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung tapi mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk boros. Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya. Kalau merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang asap dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah. Kemudian sabun mandi, jangan memakai sesuka kita, takarlah atau kalau perlu pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat tidak kita lakukan. Uang penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau menolong orang yang lebih membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah dan bertambah. Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin oleh harta/tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan, tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah. Mati-matian kita jaga kesehatan, kalau Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau Allah melindungi kita Insya Allah. Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau adil adalah puncak dari ahlak Contohnya HP, kalau tidak terlalu perlu jual saja lagi. Janganlah dimiliki kalau hanya untuk gaya saja. Penghematan akan mengundang barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari uangnya tetapi mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan. Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai tetapi sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju lama, begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang tidak berharga tersebut. Misalkan dirumah kita ada panci yang sudah rongsokan, jika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di rumah kita tidak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dengan kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yang membuat kita terjamin. Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita daripada tidak terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan rumah kita dari barang-barang yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya. Ini kalau kita ingin terjamin, namanya teori barokah. Kita tidak akan terjamin dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi yang dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja babak belur. Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat. Kalau mau belanja niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya. Hati-hati dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan bangga kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli barang dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan berkurang harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang bagus semua pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat sebanyak mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri untung orang lain tidak. Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat. Kalau kapitalis, pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita. Jadi timbul dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti yang terjadi di Bandung kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka, anaknya kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan. Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang, membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah. Saudara-saudaraku Sekalian, Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak mempunyai beban dengan banyaknya barang. Barang yang ada di rumah harus ada nilai tambahnya, bukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktifnya misalnya untuk membuat jus kemudian dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya tambah karena harus diurus, dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang seperti ini tidak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal kita kreatif saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya. Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang lain karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah. Jika makin pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik sukses maupun tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang berjalan kaki, kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba. Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita tidak tahu apa yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang mengantri ada orang yang memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia. Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik, krisis ini akan lebih membuat hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tidak membawa apa-apa. Kita hanya mampir sebentar di dunia ini. Alhamdulilahirobil’alamin