Senin, 02 Agustus 2010

Mengajar Ngaji Anakku


Niat dan keinginan kami (saya dan Istri) untuk membesarkan kedua putra kami, hanyalah agar mereka bisa menjadi anak-anak yang saleh dan bisa bermanfaat untuk orang lain dimanapun mereka berada. Untuk itu tak hentinya kami mendo’akan keselamatan dan kejernihan hati dan pikiran mereka.  Alhamdulillah putra kami yang pertama Rafif dan ke dua Rifki, sejak dini telah kami tanamkan untuk bisa baca Al Qur’an.

Awalnya waktu mengajar, displinnya kami perketat agar punya waktu untuk belajar mengaji kurang lebih 10 – 15 menit setelah selesai sholat magrib setiap hari, kami mengajar secara bergantian atau Rafif sendiri  yang akan memilih mau diajar oleh siapa. Pertama-tama awalnya kami mengajar dengan sangat keras sampai-sampai dia keluar keringat dingin, terkadang nangis bila tidak bisa konsetrasi, tapi tetap saja kami paksa dan bila suaranya kecil kami suruh teriak keras-keras untuk menghafal huruf-huruf hijaiyah. Seharian setelah main bila masuk waktu magrib dia harus masuk rumah. Tapi bila saat ngaji tidak bisa konsentrasi saya suruh cuci muka, terkadang kepalanya disiram. Dan lama-lama karena sudah terbiasa bila tidak bisa konsentrasi harus cuci muka, dia pamit sendiri....pak cuci muka dulu.......!, biasanya setelah cuci muka dia akan segar lagi dan melanjutkan ngajinya dengan penuh konsentrasi.  Setelah masuk Iqra 3 kami mengajarnya dengan lemah lembut dan bahasa-bahasa halus, dan perlonggar dengan diberi libur yang tadinya harus setiap hari, sampai akhir Iqra 3 dia sudah bisa mandiri, dengan didampingi oleh siapa saja Tantenya, Omnya, Neneknya terkadang kakeknya. Dan seterusnya masuk Iqra 4 dan 5 sampai 6 Rafif terbiasa dengan displin sendiri untuk mengaji dan meminta untuk didampingi oleh siapa yang dia pilih sendiri, selanjutnya kami hanya menuntunnya dan memperbaiki bacaan-bacaan yang sulit serta melengkapi bacaan ayat-ayat Al Qur’an. Karena setiap selesai ngaji kami mewajibkan untuk menghafal beberapa do’a  dan ayat-ayat pendek dalam Al Qur’an. Untuk Rafif dan Rifki,  sayang yang tulus dari Bapak dan Ibu.
Jakarta, 19 April 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar