Senin, 16 Agustus 2010

Alhamdulillah...Ya Allah......!

Kelahiran putraku yang ketiga adalah sesuatu yang luar biasa, alhamdulillah lahir dengan normal dan sehat, proses kelahiran dibantu oleh bidan Kuswati, aku bersyukur karena bisa menunggu proses persalinannya dari bukaan pertama sampai dengan proses terakhir melahirkan.

Seminggu sebelumnya tanggal 14 Maret 2006 kami periksa dan di USG oleh Dokter kandungan, kondisinya sehat dan perkiraannya kurang lebih akan lahir tanggal 21 Maret 2006. Malam harinya Rabu tanggal 22 kami periksa ke bidan, bayinya belum juga ada tanda-tanda mau melahirkan, bahkan menurut perkiraan bidan kurang lebih seminggu lagi. Menunggu saat tanda mau melahirkan memang suatu ketegangan tersendiri. Pagi tanggal 23 Maret saya seperti biasa antar anak-anak ke sekolah jam 06.45, tapi sebenarnya agak khawatir juga dengan kondisi istri, dalam perjalanan mengantar anak-anak kesekolah hampir sampai ditempat sekolah, ada SMS dari istri, yang mengabarkan bahwa istri akan segera melahirkan dan saya harus segera kembali kerumah, alhamdulillah tetangga membantu mengantar ke bidan, aku tak ke kantor lagi langsung balik ke Bidan tempat persalinan istri.

Saya sampai di bidan jam 08.45 kondisi isrti sudah mulai agak mual-mual, menurut cerita istri pagi itu saat saya berangkat ngantar anak-anak kesekolah sebenarnya kondisinya sudah mulai tidak nyaman, jam 07.00 dia kekamar mandi ternyata sudah mulai ada “Flag lendir”, bolak balik kekamar mandi ada perasaan mulai mual-mual dan segala macam perasaan sebagai tanda-tanda proses melahirkan, jam 07.15 istri SMS ke saya untuk segera kembali ke rumah, jam 07.30 istri minta tolong ke tetangga Bapak Dodi untuk diantarkan ke bidan, alhamdulillah atas kebaikan tetangga tersebut istri diantar dan sekaligus ditemani oleh Bapak Dodi dan Eyang (ibunya) sampai saya datang, semoga amal kebaikan tetangga tersebut Allah membalasnya dengan berlipat ganda.

Setelah istri diperiksa oleh bidan ternyata ketubannya sudah pecah duluan, saya hanya bisa bermohon mudah-mudahan istriku bisa kuat menanggung beban yang cukup berat dalam proses persalinannya secara normal, karena dengan pecahnya ketuban dia akan mengalami kesulitan proses melahirkan, cairan ketuban adalah cairan untuk membantu mendorong proses bayinya supaya lebih mudah porses mual-mual saat melahirkan, sejak awal saya sampai ditempat bidan sudah ada “bukaan” satu, dan proses mualnya mulai agak tertib setiap 45 menit, dengan mual dan sakit yang luar biasa kami masih bisa sambil bercanda untuk menghibur istri, dalam hati saya senatiasa berzikir dan memohon mudah-mudahan Allah memudahkan proses persalinannya, tiga jam pertama ini saya merasakan betapa menderitanya istri saya, sampai tak tahan istri menjerit sekuat tenaga, rintihannya mengelurkan tiga bahasa mulai dari bahasa Sunda, Bima dan Indonesia juga zikir Astagfirillah, Suhanalah, Alhamdulillah, Lailahailallah, Allahu Akbar, pokoknya apa saja yang bisa membantu mengurangi rasa sakitnya yang luar biasa, begitu juga dengan saya mulai di tarik, dicekik, digenggam pokoknya apa aja kecuali tidak dicakar atau di pukul. Menjelang sholat duhur saya ijin ke masjid untuk sholat. Selesai sholat saya berdo’a semoga Allah memberikan kemudahan proses persalinan istri saya. Proses dari duhur sampai asar “mual”nya tidak teratur lagi, dan pembukaan sudah “bukaan empat”. Dari pagi sampai jam dua siang ini istri dibantu oleh Bidan Ika (asisten bidan Kuswati), Kurang lebih pukul dua siang Bidan Kuswati (Kerja Di Ramah Sakit Fatmawati sebagai Kepala Bidan, pagi ke kantor tugas diserahkan ke asisten bidan, sore buka praktek di Klinik rumah sendiri)) datang alhamdulillah bisa memberikan ketenangan sejenak, namun demikian proses persalinannya mulai melalui yang tersulit dari pukul 3 sore sampai jam 6 sore, pukul setengah 5 saya harus mengurus Rafif dan Rifki untuk jemput pulang sekolah, sehari ini adalah hari yang paling berat buatku, alhamdulillah ada yang bantu mpok dan mbak Ida datang saat Magrib, sebelum sholat magrib saya dipanggil oleh bu bidan untuk menjelaskan kondisi tersulit istriku, bila tidak ada perkembangan yang bagus dalam proses persalinannya akan dilakukan operasi, karena menjelang sholat magrib “bukaannya” masih pada posisi empat, aku benar-benar sangat pasrah, untuk menentukan keputusan harus dioperasi saya minta waktu ke bu bidan untuk sholat magrib dulu, sholat magrib kali ini sholat yang paling nikmat yang saya rasakan karena saya pasrahkan seluruh hidup saya dengan “air mata“ yang tak bisa kutahan mengalir, memohon “pertolongan” dari Allah untuk memudahkan proses persalinan istriku, karena kalau keadaannya harus di operasi berarti saya memerlukan biaya yang cukup banyak kurang lebih bu Bidan mengatakan Rp. 10.000.000.-, namun demikian atas izin Allah alhamdulillah selesai sholat Magrib aku melihat kondisi istriku dan bidan menyampaikan ada perkembangan bagus “bukaannya” udah mulai masuk bukaan 10, ya Allah aku benar-benar sangat bersyukur, pukul 07.13 hari Kamis tanggal 23 Maret 2006 saat azan ‘isya berkumandang anakku lahir, seorang anak laki-laki yang sempurna, subhanalah saya langsung melihat betapa besar karunia Allah untukku, aku langsung melihat proses keluarnya dan yang pertama kulihat adalah pancaran matanya Subhanallah, “Masa Allah”, alhamdulillah ya Allah Engakau telah menunjukan kebesarnMu ya Allah, terimalah rasa syukurku, dengan pancaran matanya semoga menjadikan anakku bisa melihat dunia dengan pancaran atas keAgungan dan kebesaran KaruniaMu, Alhamdulillah Allah mengabulkan do’a saya, terima kasih ya Allah. Setelah mata bayi terbuka bu bidan memukul pantatnya dan anakku menangis sekencang-kencangnya. Aku benar-benar sangat terharu. Setelah itu aku pamit sholat Isya’ ke masjid (kebetulan mesjid dekat), sambil bayinya dibersihkan oleh bu bidan, sepulang sholat Isya’ seperti biasa aku mengazankan (ditelinga kanan) dan mengqomatkan (ditelinga kiri) untuk anakku.

Setelah mengalami proses persalinan yang sangat melelahkan hari itu. Tengah malam ada keluhan dari istri susah buang air oleh bu bidan dibantu dengan memasang keteter, dengan terpasang “keteter” ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan, karena itu berarti ada masalah yang cukup serius dengan proses setelah melahirkan. Setelah nginap semalam di tempat bu bidan kami pulang ke rumah, pulang ke rumah sendiri membuat istri merasa nggak nyaman dengan “keteter”nya, selama dirumah timbul masalah dengan urusan ‘buang air kecil’ dan keteter tak bias lagi mengatasi masalah ini, akhirnya kami telepon bu Bidan, saran bu Bidan karena masalahnya agak sedikit berat di sarankan agar istri di rawat inap aja di Rumah Sakit Fatmawati. Alahamdulillah atas kebaikan bu Bidan kami dijemput dengan mobilnya dan di antar ke RS Fatmawati, karena bu Bidan kerjanya di Rumah Sakit tersebut.

Selama istri dan bayi di rawat, saya harus berjuang lagi untuk mengurus sendiri anak-anakku, tapi Alhamdulillah bayinya tidak terlalu rewel, bolak balik saya harus mengurus istri dan bayi di rumah sakit, juga anak dua di rumah, dua minggu yang sangat melelahkan.

Proses melahirkan putra yang ke tiga menyisakan ‘trauma’ yang cukup pajang buat istriku, tapi bagi saya menyisakan pengalaman rohani yang sangat luar biasa karena betapa sangat nikmat dan indahnya saat-saat proses persalinan berlangsung, istri berjuang menjalani proses persalinan secara normal dan saya menjaganya dari awal sampai akhir serta berdoa dengan khusyu penuh pasrah kepada Allah, rasanya Allah begitu sangat dekat sehingga saya bisa mengadukan semua masalah yang sedang saya hadapi, dan akhirnya Allah melancarkan semua proses melahirkan. Walaupun banyak kendala Alhamdulillah bisa diatasi dengan penuh kesabaran. "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar