Senin, 02 Agustus 2010

Cerita Tentang Anakku "Permen Pedas'

Saya sudah berputra dua, yang pertama Rafif berumur 3 tahun 10 bulan (01 Januari 2001 genap beusia 4 tahun), dan yang kedua Rifki berumur 2 tahun 2 bulan. Saya ingin berbagi pengalaman mengenai cara saya mengatasi anak pertama (Rafif) saya bila terlalu banyak makan permen.

Awalnya anak saya suka dengan permen, karena hanya untuk sekedar menghibur bila sedang rewel atau susah diatur, tapi lama kelamaan saya lihat menjadi kebiasaan yang kurang bagus. Dan saya jadi takut akan berakibat kurang baik dengan pertumbuhannya, terutama bagi perkembangan giginya. Akhirnya saya berpikir untuk membatasinya, dan saya teringat anakku Rafif paling tidak suka dengan rasa pedas(cabe). Suatu saat Rafif ngambek ingin minta permen lagi padahal dia sudah diberi beberapa, saya ambil permennya dan dioles dengan “cabe” kemudian saya bungkus kembali dengan rapi, dan saya serahkan ke Rafif, baru saja dia jilat….. dia langsung kaget. Lohk…!! Koqk ..…, pedasss…pak !!!. Kenapa ya..? saya pura-pura ngak tahu. Kemudian dia suruh cuci. Supaya dibersihkan pedasnya. Pak….Cuci…in..! katanya. Saya ambil permennya, dan malah saya tambahin lagi olesan “cabe”-nya. Saya kembalikan lagi ke Rafif. Karena dia merasa pedasnya sudah hilang. Permen tersebut langsung dimasukkan ke mulutnya. Matanya spontan melotot, dia tambah kaget. Pak….pedas….pedassssss. akh….ahhhh.. langsung permennya dimuntahkan dan dibuangnya. Nah …!!!, baru saya nasehatin. Makanya permen memang manis, tapi kalau keterusan, permennya lama-lama jadi pedas. Akhirnya sejak saat itu Rafif “kapok” dengan permen. Dan malah kalau ada iklan permen di TV, dia sendiri yang ingatin, pak …! Ngak boleh makan permen …ya..?, nanti bisa kepedasan. Dan kalaupun minta permen dia akan pilih-pilih dan melapor dulu kesaya atau ibunya. Oleh : Syarifuddin Pane(Pernah dimuat di Majalan Anak 'NAKITA' thn 2002).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar