Kamis, 26 Juli 2012

Tafsir Thaahaa ayat 131 - 132


SHURAT THAHA AYAT 131-132
(Tafsir Tarbawi)

  • 131. dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
  • 132. dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. [1]


Allah swt,telah menjadikan kehidupan dunia sebagai perhiasan dan ujian bagi kaum muslimin. Sebagai perhiasan dunia, dunia di penuhi oleh gemerlap kenikmatan yang menjamin kebutuhan materiil manusia.oleh karna itu, dengannya bisa tercapai tujuan hidup, termasuk di antaranya tujuan menggapai kemuliaan di sisi tuhan. tetapi sebagai ujian, gemerlap dunia, pada ahirnya kemuliaan dan kehinaan manusia sering kali di tentukan dari caranya memandang kehidupan di alam fana ini.
Ayat yang mulia di atas, memberikan peringatan kepada kita agar tidak tertipu oleh kenikmatan dunia yang telah Allah berikan kepada sebagian orang. kepada kita juga di tawarkan jalan keluar dari berbagai kesulitan hidup yang menerpa manusia. Jalan keluar itu adalah shalat dan sabar. Sehubungan dengan itu, selayaknya kita yakini bahwa tidak ada jalan keluar terbaik dalam menghadapi berbagai problema kehidupan, kecuali dengan melaksanakan solusi yang di tawarkan oleh Allah swt.      
   
I.     ASBABUN NUZUL
Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Murdawaih dan Bazzar dan Abu Ya'la telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Abi Rofi' yang telah menceritakan bahwa nabi Muhammad saw. menerima tamu dan mau menjamunya, kemudian nabi saw mengutusku kepada seorang laki-laki yahudi untuk meminjam sekantong trigu darinya yang akan di bayar nanti pada permulaan bulan rajab, maka orang yahudi itu berkata "tidak, kecuali apabila ia memakai jaminan" lalu aku datang kepada nabi saw dan melaporkan padanya apa yang telah di katakan oleh orang yahudi tersebut itu. Maka nabi bersabda : "ingatlah, demi allah, sesungguhnya aku adalah orang yang di percaya di langit dan di percaya pula di muka bumi ini" dan aku tidak berpamitan meninggalkan majlis nabi saw, sehingga turunlah ayat ini (surat thaha ayat 131)[2]

II.  KANDUNGAN AYAT
Surat thaha ayat 131-132, berisi larangan menoleh kapada berbagai kenikmatan dunia yang telah di berikan kepada orang-orang kafir. Mereka adalah kaum yang telah terhijab dari memikirkan dan melihat keagungan Allah. Semua kenikmatan itu diberikan kepada orang-orang kafir semata-mata sebagai "bunga kehidupan"untuk menguji mereka, karena kenikmatan dunia yang di rasakan oleh orang-orang kafir justru akan menjadi suksa bagi mereka, kelak di ahirat. Siksaan ini di berikan karena mereka lalai mensyukuri nikmat tersebut dengan jalan beriman kepada ayat-ayat Allah swt.
Bagaimanapun juga, karunia Allah ta'ala yang di limpahkan kepada orang-orang beriman berupa hidayah dan keimanan, merupakan kenikmatan yang jauh lebih berharga dari kemilau dunia orang-orang kafir. Nikmat seperti ini lebih aman dari kemungkinan hilang, lebih langgeng dari kemungkinan musnah, dan lebih menentramkan hati di dunia dan ahirat.[3]
Selanjutnya, berkenaan dengan ayat 132 yang telah di hadirkan di awal bab ini, imam ibnu katsir rahimahullah menjelaskan,ayat ini berisi perintah untuk mendirikan shalat dengan sabar sebagai sarana menuju ketaqwaan. melalui sarana taqwa ini setiap muslim mendapat jaminan Allah berupa jalan keluar dari berbagai kesulitan dan pintu bagi datangnya rizqi dari jalan yang tiada di sangka-sangka.
Setelah turunnya surat Thaha ayat 132, rasululloh saw. berangkat kerumah Fathimah r.a. dan menyuruh putrinya tersebut mengerjakan shalat dalam menghadapi segala kesulitan dalam kehidupan.nabi saw. melakukan perbuatan ini yaitu menyuruh putrinya untuk shalat dalam menghadapi kesulitan terus menerus selama sebulan. inilah sunnah rasululloh saw, yaitu menegakkan shalat bila di landa kesusahan. beliau nabi saw,  menegakkan sunnah ini lewat da'wah bil hal, yaitu mengamalkan dan memerintahkan, sehingga orang-orang salaf yang saleh senantiasa memelihara sunnah yang agung ini bila mereka di landa kesulitan. [4]  

III.   POKOK-POKOK PEMBAHASAN[5]
  1. Larangan mengarahkan pandangan (dengan iri ) kepada orang-orang yang telah di beri kenikmatan.larangan ini wajib untuk di patuhi. Ukuran kemulyaan seseorang di sisi Allah tidaklah terletak pada harta kekayaan yang berlimpah, tetapi pada kadar ketaqwaannya kepada Allah swt.
  2. Kenikmatan berupa harta yang telah di berikan kepada sebagian orang,merupakan ujian baginya dalam mengukur sejauh mana kualitas syukur yang di miliki.kenyataan menunjukkan bahwa harta serinh membuat pemiliknya lupa diri,mengeluarkannya pada jalan yang sia-sia,atau berusaha menambah jumlah melalui jalan yang tidak benar.kegiatan menumpuk-numpuk harta kekayaan telah mengakibatkan tersitanya waktu dari mengingat Allah.
  3. Allah swt. telah memberikan nikmat yang banyak kepada setiap hamba. hanya saja manusia sering berpandangan sempit dengan membatasi makna nikmat dari sisi materiil saja.padahal, seluruh keberadaan diri kita merupakan nikmat yang patut di syukuri.sekecil apapun yang kita terima dari Allah itu adalah yang terbaik bagi kita.memang yang terbaik menurut manusia belum tentu baik menurut pandangan Allah,begitu pula yang buruk menurut manusia belum tentu buruk menurut Allah,oleh sebab itu,bisa jadi kekayaan yang melimpah belum tentu cocok bagi kehidupan kita.
  4. Bersyukur dan menerima rizki dari Alloh bukan berari mengizinkan kita untuk bermalas-malasan dalam mencari ma'isyah .orang-orang salaf yang shaleh mengatakan bahwa "harta adalah senjata kaum muslimin.bahkan, ibnu Abbas pernah berkata "Dinar dan dirham adalah cincin Allaoh di muka bumi,yang dengannya terlaksana segala kehendakmu"
  5. Dalam ayat di atas Allah swt. memerintahkan kaum muslimin untuk mengajak keluarga dan kerabatnya mendirikan shalat dengan sabar,tujuannya adalah agar ibadah tersebut menjadi penolong dalam menghadapi berbagai kesukaran.[6]
  6. Kehidupan dunia dengan segala gemerlapnya,bias juga di hadapi dengan menerapkan dang mengembangkan sikap hidup sederhana.sikap hidup ini dilakukan dengan cara meredam berbagai kecenderungan hawa nafsu duniawi yang tidak terkendali,ini dilakukan bagi mereka yang hawatir terjerembab dalam kehinaan dan kelalaian akibat tipuan dunia.sikap yang di kaksud ialah berbuat zuhud.
Hal ini di maksudkan agar pada masa dewasa nanti,anak didik dapat melaksanakan kewajiban jihad dan dakwah dengan sebaik-baiknya. Cukuplah rasulullah saw. sebagai suru tauladan generasi muslim, baik dalam kehidupannya yang sederhana, zuhud dalam makanan, pakaian dan tempat tinggal,agar mereka selalu siap menghadapi segala sesuatu yang menghadangnya.[7]
Pantaslah jika umat  islam terlalu lama dalam kesenangan, kemewahan, tidur di atas sutra, dan tergiur oleh harta benda, maka akan cepat sekali roboh dan pasrah terhadap serangan musuh. Roh kesabaran, persatuan serta jihad di jalan Allah menjadi pudar dalam jiwa para pemuda. Rasanya masih terlalu segar dalam ingatan kita akan sejarah peristiwa jatuhnya Andalusia.   

IV.   TARBIYAH DALAM AYAT DI ATAS
1.    Taqwa[8]
  • Di antara sifat-sifat yang harus di tanamkan dalam dunia pendidikan adalah bertaqwa,ada beberapa definisi yang di kemukakan para ulama' tentang taqwa di antaranya adalah sebagai berikut :
  • Menjaga agar Allah tidak melihatmu di tempat larangannya, dan jangan sampai anda tidak di dapatkan di tempat perintahnya. Mengerjakan apa yang di perintahkan Allah dan meninggalkan larangannya.
  • Menjaga diri dari 'azab Allah dengan mengerjakan amal shalih,dan merasa takut kepadanya, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan.
  • Kedua definisi di atas tersebut pada prinsipnya sama, yaitu menjaga diri dari 'azab Allah dengan senantiasa merasa berada dibawah pengawasan nya (muraqabah). juga senantiasa berjalan pada metode yang telah digariskan Allah,baik secara sembunyi atau terang-terangan,dan berusaha semaksimal mungkin untuk menekuni yang halal dan menjauhi yang haram.
  • Dalam dunia pendidikan para pendidik, sudah barang tentu termasuk orang-orang yang paling pertama terkena perintah dan pengarahan di atas, karna pendidikan adalah panutan yang akan senantiasa diikuti dan ditiru,ia juga adalah penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan ajaran islam.

Jika pendidik tidak menghiasi dirinya dengan taqwa,prilaku dan pergaulan yang berjalan di atas metode islam,maka anak akan tumbuh menyimpang,terombang ambing dalam kerusakan,kesesatan dan kebodohan.mengapa? karena anak melihat yang mendidik dan mengarahkannya telah berada dalam lumpur dosa,berselimut kemungkaran dan kerusakan.sang anak tumbuh tanpa ada penahan dari Allah,tanpa ada rasa muraqabah (mawas diri) kepada Allah dan tanpa ada kendali dari batinnya.wajar jika sang anak kemudian ternoda lumpur-lumpur dosa dan menyimpang dalam lingkungan jahiliyah dan zaman kesesatan dan kehancuran.
Karenanya,para pendidik hendaknya memahami realitas ini,jika menginginkan kebaikan ini,perbaikan dan petunjuk bagi anak-anak dalam lingkungan alam yang suci dan bersih.

2.    Penyabar[9]
Termasuk sifat mendasar yang dapat menolong keberhasilan pendidik dalam tugas pendidikan dan tanggung jawab pembentukan dan perbaikan, adalah sifat sabar, yang dengan sifat ini anak akan tertarik kepada pendidikannya.dengan kesabaran pendidik, sang anak akan berhias dengan akhlaq yang terpuji, dan jauh dari perangai tercela.ia akan menjadi malaikat dalam wujud manusia.
Oleh karna itu Islam memberikan perhatian besar kepada sifat sabar ini,menganjurkan untuk mendapatkan sifat itu di dalam ayat-ayat al Quran dan hadits-hadits nabi,agar orang-orang khususnya para pendidik dan juru da'wah mengetahui bahwa kesabaran merupakan keutamaan sepiritual dan moral yang paling besar,yang mengantarkan manusia kepuncah keluhuran akhlaq.
Karenanya para pendidik hendaknya menghiasi dirinya sengan kesabaran,kelemah lembutan dan ketabahan,jika dalam upaya mendidik umatnya menginginkan kebaikan dan perbaikan,petunjuk bagi generasi muslim dan perbaikan anak-anaknya.
Ini semua tidak berarti bahwa pendidik selamanya harus berlemah lembut dan sabar dalam mendidik anak.tetapi di maksud agar pendidik menahan dirinya ketika hendak makan,tidak emosi ketika meluruskan kebengkoan anaknya,dan memperbaiki akhlaqnya.jika memang dia melihat kemaslahatan dalam member hukuman kepada anak dengan kecaman atau pukulan misalnya,hendaklah ia jangan ragu-ragu mengeluarkan hukuman itu.sehingga anak menjadi baik kembali menjadi lurus akhlaqnya.jika ia dapat bertindak dengan bijaksana,maka ia akan mendapatkan keuntungan yang besar.                              



[1]  Shurat thaha ayat 131-132
[2]  Lubanun nuqul fi asbabin nuzul,Al Jalal Assuyuthi,mathba'ah wannasyr safa karya insani indonesia,hal:235
[3] Ayat-ayat larangan dan perintah dalam al-Quran,K.H.Qamaruddin Shaleh dkk,edisi pertama,CV penerbit Diponegara,bandung,hal:294-295
[4]  Ibid:294
[5]  Ibid:296-297
[6]  Ibid:296-297
[7] Terjemah Tarbiyatul Aulad/pendidikan anak dalam islam,buku I,Prof.Dr.Abdullah Nasih Ulwan/Drs.jamaludin miri.LC,pustaka amani,Jakarta,cetakan ke III nivember 2007,hal:255-256
[8] Ibid,buku ke II,hal:339-343
[9] Ibid,buku ke II,hal:346-350

Kamis, 26 April 2012

Indahnya Hidup Bersahaja

Indahnya Hidup Bersahaja, Indahnya Dunia sumber : Media Muslim WebBlogs . Posted on 08/04/2012 by fitri Indahnya Hidup Bersahaja, Indahnya Dunia sumber : Media Muslim WebBlogs . Indahnya Hidup Bersahaja, Indahnya Dunia Kita tidak perlu bercita-cita membangun kota Jakarta, lebih baik kita bercita-cita tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal punya daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan sampai kita tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak mempunyai diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita adalah membuat kita berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab seorang bapak tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jangan mengharap memperbaiki keluarga kalau memperbaiki diri sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri, jika tidak mengetahui apa yang mesti diperbaiki. Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang ustad akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an, “Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak diperbuatnya”. Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh. Mudah-mudahan dengan kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah mulai membaik. Kalau sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa berbuat banyak untuk bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga visinya tentang hidup ini menjadi baik. Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga kita ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang sekarang menyebutnya materialistis. Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya terlalu banyak. Acara tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan menjadi begitu. Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tidak goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya dan tidak sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’ , ia punya mobil tidak sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu persatu sampai habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak merasa memiliki hanya tertitipi. Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor yang iri dan dengki jadi minimal. Saudara-saudaraku Sekalian, Jadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tidak bergantung lagi kepada dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja dan proporsional. Sekarang kita sedang krisis, masa ini dapat menjadi momentum karena dengan krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat, ini kesempatan kita buat berdakwah. Mau naik berapa saja harganya tidak apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang yang sengsara bukan tidak cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan kita lengkap dengan rezekinya. Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia tidak punya apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus. Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung menghadapi hidup. Semua orang sudah ada rezekinya. Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan Allah dan yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik Allah. Kita hanya mahluk dan yang membagi, menahan dan mengambil rezeki adalah Allah. Orang yang yakin seperti itu akan dicukupi oleh Allah. Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat tawakal. Allah berjanji “Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku”. Jadi jangan panik. Allah penguasa semesta alam. Ini kesempatan buat kita untuk mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adalah ketawakalan. Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang, bukan kena penyakit, musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat adalah yang tidak punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau kemana. Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana, kita harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang terbaik terjadi pada diri kita, tapi kita bisa kemas agar menjadi yang terbaik bagi diri kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita, tapi kita bisa membuat penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita. Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga adalah Lainsakartum laadziddanakum,”Barangsiapa yang pandai mensyukuri nikmat yang ada, Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi jangan takut dengan belum ada, karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai mensyukuri yang telah ada. Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang yang naik lebih baik memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan mensyukuri nikmat yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu sudah tersedia. Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada orang yang dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi mudah berbuat maksiat. Yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat membuat kita dekat dengan Allah. Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah jika yang ada tidak kita syukuri. Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan. Hati-hati yang suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur nikmat. Mengapa? Karena setiap Allah memberi uang itu ada hitungannya. Mereka yang terbiasa glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk yang akan menderita karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan berubah-ubah tidak akan terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap menderita karena akan mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahannya, untuk menjaganya dan untuk perawatannya. Dia juga akan disiksa oleh kotor hati yaitu riya’. Makin mahal tingkat pamernya makin tinggi. Dan pamer itu membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena rampok akan berminat. Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya pening. Makin tinggi keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki. Pokoknya kalau kita terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak terasa. Hal yang bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah. Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riyanya kecil. Tidak ada yang perlu dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya orang yang bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan menjadi pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin decak kagum. Ulama yang bersahaja itu juga membuat simpati. Juga harus hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita nikmati budaya syukur dengan hidup proporsional. Jangan capai dengan gengsi, hal itu akan membuat kita binasa. Miliki kekayaan pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah rekan-rekan sekalian kita akan menikmati hidup ini jika kita hidup proporsional. Nabi Muhammad SAW tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah yang akan menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit. Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta, jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya ini akan menjadi mulia. Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli yang mahal-mahal, yang bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu sebenarnya tidak menjual barang-barang primer. Allah Maha Menyaksikan. Apa yang dianjurkan Islam adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau makan sampai nasi yang terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke undangan pesta jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tidak islami. Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah. Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena kita sudah kufur nikmat. Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh Allah. Contohnya mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung tapi mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk boros. Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya. Kalau merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang asap dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah. Kemudian sabun mandi, jangan memakai sesuka kita, takarlah atau kalau perlu pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat tidak kita lakukan. Uang penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau menolong orang yang lebih membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah dan bertambah. Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin oleh harta/tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan, tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah. Mati-matian kita jaga kesehatan, kalau Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau Allah melindungi kita Insya Allah. Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau adil adalah puncak dari ahlak Contohnya HP, kalau tidak terlalu perlu jual saja lagi. Janganlah dimiliki kalau hanya untuk gaya saja. Penghematan akan mengundang barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari uangnya tetapi mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan. Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai tetapi sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju lama, begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang tidak berharga tersebut. Misalkan dirumah kita ada panci yang sudah rongsokan, jika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di rumah kita tidak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dengan kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yang membuat kita terjamin. Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita daripada tidak terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan rumah kita dari barang-barang yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya. Ini kalau kita ingin terjamin, namanya teori barokah. Kita tidak akan terjamin dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi yang dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja babak belur. Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat. Kalau mau belanja niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya. Hati-hati dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan bangga kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli barang dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan berkurang harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang bagus semua pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat sebanyak mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri untung orang lain tidak. Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat. Kalau kapitalis, pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita. Jadi timbul dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti yang terjadi di Bandung kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka, anaknya kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan. Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang, membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah. Saudara-saudaraku Sekalian, Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak mempunyai beban dengan banyaknya barang. Barang yang ada di rumah harus ada nilai tambahnya, bukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktifnya misalnya untuk membuat jus kemudian dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya tambah karena harus diurus, dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang seperti ini tidak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal kita kreatif saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya. Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang lain karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah. Jika makin pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik sukses maupun tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang berjalan kaki, kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba. Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita tidak tahu apa yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang mengantri ada orang yang memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia. Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik, krisis ini akan lebih membuat hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tidak membawa apa-apa. Kita hanya mampir sebentar di dunia ini. Alhamdulilahirobil’alamin

Kamis, 08 Desember 2011

Mutiara Ilmu Islam: Jagalah Allah Pasti Allah Menjagamu

Dari Abil Abbas Abdullah bin Abbas dia berkata : "Dahulu aku pernah berada di belakang Rasulullah, lalu beliau bersabda : "Wahai anak kecil sesungguhnya aku ingin mengajarimu beberapa kata, jagalah Allah, maka pasti Allah menjagamu, jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak dapat memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memudaratkanmu maka mereka tidak dapat memudharatkanmu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta" (HR. Tirmidzi, dan dia berkata hadits hasan sahih). Di dalam riwayat selain Tirmidzi : "Jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan-Nya dihadapanmu, kenalilah Allah di kala senang maka Dia akan mengenalmu di kala susah. Ketahuilah sesungguhnya apa yang tidak menimpamu maka dia tidak akan menimpamu dan apa yang akan menimpamu pasti dia akan menimpamu (tidak akan meleset). Dan ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan." Takhrij Hadits Hadits sahih, hadits ini memiliki 7 jalan dan lafadznya berbeda-beda. Dan yang paling baik adalah riwayat Hanasy ash-Shon'ani dari Ibnu Abbas r.a,dia berkata : "Dahulu aku pernah dibelakang Rasululllah ......" Riwayat ini dikeluarkan oleh Tirmidzi 2635 bersama Tuhfatul Ahwadzi dan ini lafadz beliau, Ahmad 1/293, Ibnu Wahab dalam Al-Qodr 28, Abu Ya'la dalam musnadnya 2556, Ibnu Sunny dalam Amalul Yaum Wal Laila 327 dan Thobrani dalam Do'a 42 dari jalan Laits bin Sa'ad dari Qois bin Hajjaj dari Ibnu Abbas. Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilali mengatakan : Isnadnya sahih dan perawi-perawinya tsiqoh. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad 1/203&207, Baihaqi dalam Asma' Wa Sifat hal 97, Lalikai dalam Syarh Ushulu I'tiqod Ahli Sunnah Wal Jama'ah 1094&1095 dari jalan lain dari Qois bin al-Hajjaj. Dan juga dikuatkan oleh Yazid bin Abi Habib dari Hanasy, dan ini dikeluarkan oleh al-Ajuri dalam Syari'ah hal 198) Syaikh Salim mengatakan : "Isnadnya sshih, meskipun sebahagian jalan-jalannya yang lain tidak luput dari kelemahan tapi pegangannya adalah yang telah di sebut di atas. Wallahu a'lam.Sahih kitabul Adzkar wa dhoifuhu Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilaly 2/999-1000. Kedudukan Hadits Ibnu Rojab v berkata : "Hadits ini mengandung wasiat yang berharga dan kaedah-kaedah umum tentang hal-hal penting dalam agama, sampai-sampai sebahagian Ulama mengatakan 'ketika aku merenungi hadits ini aku sangat tertarik sekali dan hampir-hampir aku gemetar.' Maka sangat disayangkan jika ada yang tidak tahu dan tidak memahami makna hadits ini." Penjelasan Hadits Nabi s.a.w bersabda : "Jagalah Allah maka Allah pasti menjagamu". Maknanya adalah jagalah perintah-perintah, larangan-larangan dan batasan-batasan serta hak-hak Allah yaitu dengan menjalankan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan serta menjauhi apa yang di larang. Barangsiapa yang melaksanakan hal itu maka Allah telah memujinya dalam firman-Nya : "Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat." (QS.Qoof: 32-33) Termasuk hal yang penting untuk di jaga adalah solat sebagaimana firman Allah ta'ala : "Jagalah segala solatmu dan sholat wustho (solat asar)." (QS.Al-Baqoroh : 238) Allah sangat memuji orang yang menjaga solatnya: "Dan orang yang selalu menjaga solat mereka." (QS. Al-Ma'arij : 34) Allah juga memerintahkan untuk menjaga sumpah: "Dan jagalah sumpahmu" (QS. Al-Maidah : 89) Dan memerintahkan untuk menjaga kemaluan : "Dan orang laki-laki dan orang perempuan yang menjaga kemaluan-kemaluan mereka." (QS. Al-Ahzab: 35). Sabda Nabi s.a.w : "Maka pasti Allah menjagamu" maknanya adalah barangsiapa yang menjaga perintah-perintah Allah serta menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan yang dilarang maka pasti Allah menjaganya, kerana balasan itu tergantung dari perbuatannya. Allah berfirman : "Jika kalian menolong Allah maka pasti Allah menolong kalian" (QS. Muhammad : 7). Penjagaan Allah kepada hamba-Nya di dunia ini berupa penjagaan terhadap kebaikan dan kemaslahatan dunia, badan, harta serta keluarganya. Allah berfirman : "Sedang ayahnya adalah seorang yang soleh" (QS. Al-Kahfi : 82). Imam Ibnu Katsir v berkata (tentang tafsir ayat tersebut) : "Di dalam ayat ini terdapat dalil bahawa orang yang soleh itu keturunannya akan di jaga oleh Allah. Barakah ibadahnya akan meliputi mereka di dunia dan di akhirat. Dan dengan syafaatnya di hari akhir kelak mereka akan di angkat derajatnya di syurga untuk menyejukkan pandangan orang tua mereka, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, Said bin Jubair mengatakan bahwa Ibnu Abbas menafsirkan ayat di atas dengan ucapan beliau : Mereka berdua di jaga dengan sebab kesolehan kedua orang tua mereka." Tafsir Ibnu Katsir 3/134. Barangsiapa yang menjaga Allah pasti Allah menjaganya dari segala bahaya. Sebagaimana perkataan salaf : "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka dia telah menjaga dirinya, dan barangsiapa yang tidak bertakwa maka dia telah menzalimi dirinya sendiri sedang Allah tidak perlu kepadanya." Di antara penjagaan Allah yang amat menakjubkan adalah penjagaan-Nya bagi seseorang yang bertakwa dari binatang buas. Bahkan binatang buas tersebut menjadi penjaganya seperti yang terjadi pada Safinah pembantu Rasulullah ketika perahunya pecah dan dia terdampar di sebuah pulau. Lalu dia melihat seekor harimau tapi harimau tersebut malah menunjukinya jalan keluar hingga harimau itu berhenti seraya bersuara (meraung) seakan-akan dia mengucapkan selamat berpisah dan akhirnya harimau itupunkembali ketempatnya semula. Diriwayatkan oleh Tabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir" dengan sanad yang hasan lihat juga "Jami'ulum Wal Hikam" hal 468 oleh Ibnu Rajab. Penjagaan Allah bagi hamba-Nya juga berupa penjagaan terhadap agama dan keimanannya dari segala syubhat yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan hingga dia bertemu Allah dalam keadaan diredhai-Nya. Oleh kerana itu Nabi berdoa agar di jaga oleh Allah ta'ala : "Ya Allah, jika engkau mewafatkan diriku maka ampunilah aku, dan jika engkau membiarkan diriku hidup maka jagalah aku sebagaimana engkau menjaga orang-orang yang sholeh." . HR. Bukhari 8/169. Nabi Yusuf di jaga oleh Allah dari fitnah yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan, Allah berfirman : "Demikianlah kami palingkan dia dari keburukan dan kekejian, sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba kami yang ikhlas" (QS. Yusuf : 24) Kebersamaan Allah Dengan Hambanya yang Bertakwa Nabi s.a.w bersabda : "Jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu." Barangsiapa yang menjaga perintah-perintah Allah dalam diri dan keluarganya serta istiqamah di atas al-Quran dan Sunnah, maka Allah pasti bersamanya Erti kebersamaan ini bukan seperti yang diyakini orang-orang wihdatul wujud dari kalangan extrim sufi yang meyakini Allah bersatu dalam diri makhluk-Nya atau hamba-Nya yang soleh Maha suci Allah dari apa yang mereka katakan-. Ini bukan dari Islam bahkan ini adalah aqidah orang-orang Nashara tentang Isa. Sesungguhnya Allah bersemayam di atas Arsy-Nya di atas langit ketujuh : "Allah yang Maha Penyayang bersemayam di atas Arsy" (QS. Thoha : 5) Allah bersama dengan hamba-Nya dengan penglihatan, pendengaran, pengawasan atau pertolongan-Nya,. dalam setiap keadaan. Allah akan memberinya petunjuk dan taufik, melindungi, menolong dan menjaganya. Allah ta'ala berfirman : "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orangyang berbuat kebaikan." (QS. An-Nahl : 128). Dan Allah berfiman kepada Musa dan Harun : "Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian. Aku mendengar dan melihat" (QS. Thoha : 46). Allah juga berfirman menceritakan tentang Musa q : "Sesungguhnya Rabbku bersamaku Dialah yang memberiku petunjuk" (QS. Asy-Syu'ara : 62). Dan Nabi Muhammad saw pernah berkata kepada Abu Bakar r.a : "Janganlah kau bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita" (QS. At-Taubah : 40). Inilah kebersamaan Allah yang khusus (bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa) yang berupa pertolongan, penjagaan dan bantuan seperti yang dijelaskan oleh para Ulama. Hal ini berlainan dengan kebersamaan-Nya secara umum (bagi semua makhluk-Nya yang kafir atau yang mukmin yang berupa pengawasan dan pendengaran serta penglihatan) seperti dalam firman-Nya : "Tiada pembicaraan rahsia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya" (QS. Al-Mujaadilah : 7) Dan firman-Nya : "Tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah padahal Allah beserta mereka" (QS. An-Nisaa : 108). Kebersamaan ini berupa pengetahuan Allah, pengawasan-Nya terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan ini mengandung ancaman. Hukum Minta Pertolongan Nabi saw bersabda : "Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah". Yang di maksud dengan meminta di sini adalah berdo'a dan do'a itu adalah ibadah. Allah ta'ala berfirman : "Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya" (QS. An-Nisaa :32) Allah ta'ala mengancam orang sombong yang tidak mau berdo'a kepada-Nya. Dan Robb kalian berfirman : Berdo'alah kepadaku maka pasti aku akan kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari menyembah kepada-Ku maka pasti mereka akan masuk ke neraka jahannam dalam keadaan hina." (QS. Al-Mukmin : 60) Maka wajib bagi seorang Muslim untuk dia tidak meminta/berdo'a kepada selain Allah dalam hal-hal yang tidak sanggup untuk melakukannya kecuali Allah. Barangsiapa yang meminta/berdo'a kepada selain Allah maka dia terjerumus kedalam kesyirikan yang Allah telah melarang hamba-Nya darinya. Allah berfirman : "Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdo'a kepada selain Allah yang tidak bisa memperkenankan do'anya sampai hari kiamat" (QS.Al-Ahqof : 5). Ibnuajab berkata: "Ketahuilah bahawa meminta kepada Allah adalah suatu yang wajib dilakukan. Kerana meminta itu mengandung erti merendahkan diri, tunduk serta mengharapkan dan keperluan dari sang peminta (hamba). Dan hal tersebut juga mengandung pengakuan akan kemampuan yang di minta (Allah) untuk menghilangkan kesusahan dan mendatangkan kemanfaatan. Tidak ada yang patut untuk seorang Muslim itu merendahkan diri dan mengharapkan kecuali kepada Allah saja. Dan inilah hakikat ibadah. Jamiul ulum wal hikam hal. 181 Adapun meminta manusia dalam perkara-perkara dunia yang mereka sanggup melakukannya maka hal ini (sebenarnya tidak dibolehkan kecuali pada waktu darurat). Banyak hadits-hadits yang mencela meminta kepada manusia dan menganjurkan untuk bersikap memelihara diri dari meminta-minta. Nabi saw pernah bersabda : "Wahai Qobishoh, sesungguhnya meminta itu tidak dibolehkan kecuali dalam salah satu dari tiga hal, yaitu : 1. Seseorang (yang mendamaikan pertikaian antara manusia lalu) dia menanggung beban biayanya maka boleh baginya meminta hingga dia mendapatkannya kemudian dia berhenti dari meminta. 2. Seseorang yang tertimpa bencana hingga musnah hartanya maka boleh baginya untuk meminta hingga dia mendapatkan hal yang bisa menampung hidupnya. 3. Seseorang yang tertimpa kemiskinan yang sangat hingga 3 orang yang cerdik dari kaumnya berkata: telah menimpa orang itu kemiskinan yang sangat maka boleh bagi orang ini untuk meminta sampai dia mendapatkan hal yang bisa menampung hidupnya. Selain ketiga hal ini -wahai Qobishoh- meminta-minta itu termasuk memakan harta yang haram" (HR Muslim) Hadits di atas ini menunjukkan akan haramnya meminta-minta dan hal tersebut tidak dibolehkan kecuali kerana terpaksa seperti yang disebutkan dalam hadits atau yang semisalnya. Allah memuji hamba-hamba-Nya yang memelihara diri mereka dari meminta-minta kepada manusia. Allah ta'ala berfirman : "Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah ; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi ; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya kerana memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak." (QS. Al-Baqoroh : 273) Nash-nash tentang hal ini banyak sekali, sebahagiannya mengharamkan (seperti hadits di atas) dan sebahagiannya lagi memakruhkan, semisal seorang meminta keperluan peribadinya kepada sahabatnya seperti kenderaan, bejana, pensil dll. Nabi pernah membaiat sekelompok dari sahabatnya untuk mereka tidak meminta kepada manusia sesuatupun (diantaranya Abu Bakr, Abu Dzar dan Tsauban). Pernah salah satu dari mereka suatu ketika jatuh cemeti atau tali kendali untanya, maka diapun tidak mau meminta seseorang untuk mengembalikan kepadanya. Maka sebahagian Ulama ketika mengulas hadits di atas berkata : "Didalamnya ada penjelasan bolehnya berpegang dengan keumuman (hadits) kerana mereka dilarang meminta (secara umum) dan didalamnya juga terdapat anjuran untuk memelihara diri dari meminta-minta walaupun sesuatu yang kecil" Meminta Pertolongan Hanya Kepada Allah Saja Nabi saw bersabda : "Apabila engkau meminta pertolongan mintalah kepada Allah." Seorang hamba meskipun memiliki kedudukan, kehormatan dan kekuasaan dia masih lemah dan fakir (memerlukan) untuk mendapat manfaat dan untuk terhindar dari kemudaratan. Oleh kerana itu wajib baginya memintapertolongan kepada Allah saja untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Barangsiapa yang di tolong Allah maka dialah yang beruntung dan di beri petunjuk. Dan barangsiapa yang tidak di tolong Allah dan dibiarkan saja maka dia orang yang merugi dan gagal. Oleh kerana itu besar sekali kedudukan ucapan (laa haula wala quwwata illa billahi). Ucapan tersebut adalah harta karun dari syurga sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah. Kerana ucapan tersebut mengandung pengakuan bahawa tidak ada daya kekuatan bagi seorang hamba untuk berbuat kecuali dengan pertolongan Allah ta'ala. Oleh kerana itu wajib bagi seorang muslim untuk meminta pertolongan hanya kepada Allah saja baik dalam menjalankan ketaatan atau meninggalkan kemaksiatan atau dalam bersabar atas semua yang menimpanya dan dalam istiqamah (di atas agama-Nya) hingga dia bertemu Allah di hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak keturunan. Allah ta'ala berfirman : "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan" (QS. Al-Fatihah : 5). Nabi saw bersabda : Bersungguh-sungguhlah untuk berbuat yang bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan engkau lemah" (HR. Muslim 5/521) Iman Kepada Qada' dan Qadar Nabi saw bersabda : "Ketahuilah seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditaqdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memudharatkanmu maka mereka tidak dapat memudharatkamu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta" Di dalam hadits Rasulullah inilah terdapat penjelasan tentang Qada' dan Qadar, maka wajib bagi seorang hamba untuk mengimaninya. Allah ta'ala mengetahui segala sesuatu yang dikerjakan hamba-Nya berupa kebaikan dan keburukan dengan terperinci dan ilmunya tidak didahului oleh ketidaktahuan. Dan Allah maha mengetahui apa yang menimpa seorang hamba dari kebaikan (atau musibah) dan dia telah menuliskannya di lauhul mahfudz. Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah menuliskan takdir semua makhluk ini sejak 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi" (HR. Muslim) Beliau juga bersabda : "Sesungguhnya makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah al-Qolam lalu Allah mengatakan kepadanya : Tulislah (takdir semua makhluk ini), maka sejak itupun berjalan takdir Allah hingga hari kiamat" (HR. Ahmad 5/317 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Syarh Aqidah Thohawiyah hal. 294) Seorang hamba tidak akan di timpa oleh sesuatu pun dari kebaikan dan musibah melainkan yang telah Allah takdirkan baginya. Barangsiapa yang akan Allah beri kebaikan maka tidak ada seorang pun dari penghuni langit dan bumi yang bisa menghalangi kebaikan tersebut, meskipun mereka bersatu-padu. Hal ini telah Allah jelaskan dalam al-Qur'an : "Katakanlah : tidak ada yang menimpa kami melainkan yang telah Allah tuliskan untuk kami" (QS. At-Taubah : 51). Dan Allah berfirman : "Katakanlah : sekiranya kamu berada dirumahmu, nescaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar juga ketempat mereka terbunuh" (QS. Ali-Imran : 154). Oleh kerana itulah Nabi saw bersabda : "Telah di angkat pena dan telah kering tinta". Ibnu Rojab berkata : "Ini adalah kinayah/perumpamaan akan berlalunya/berjalannya semua takdir dari waktu yang lampau. Kerana sebuah buku yang telah selesai penulisannya dan telah di angkat pena serta berlalu lama maka tinta pena yang di buat menulis itupun kering begitu pula yang dibuat menulis di kitab tersebut. Ini adalah seindah-indahnya perumpamaan/kinayah" - Jami'ul Ulum Wal Hikam hal.182 Ingatlah Allah di Kala Senang Maka Allah Akan Mengingatimu di Kala Susah. Ini adalah kata-kata mutiara Nabi yang selayaknya untuk diingat dan disebarkan. Didalamnya ada seruan untuk selalu ingat kepada Allah di kala senang, aman, sihat, dan kaya serta gagah perkasa. Mengingat-Nya adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya serta dengan melaksanakan yang sunnah/nafilah. Barangsiapa yang ingat Allah di kala bahagia maka Allah pasti akan mengingatinya di kala kesempitan, kemiskinan, kesusahan dan di saat dia berduka cita serta menderita. Berapa banyak kesusahan di dunia ini yang menimpa seorang muslim, akan tetapi jika Allah mengingatinya maka Allah akan membantu dan menguatkannya di atas kebenaran dan menolongnya. Sesungguhnya Nabi Muhammad selalu mengenal Rabb-Nya di kala senang dan bahagia hingga Allah pun mengenali/menolong beliau di kala di gua (tsaur), di perang Badar & Ahzab. Dialah yang menolong Nabi-Nya dan meninggikan benderanya. Demikian pula dengan Nabi Yunus beliau selalu mengenali Rabbnya di kala suka cita maka Allah pun mengenalinya di kala di dalam perut ikan dan Allahlah yang menyelamatkannya. Kemenangan Bersama Kesabaran Nabi saw bersabda : "Ketahuilah bahwasanya kemenangan itu bersama kesabaran". Hal ini dikuatkan oleh firman Allah ta'ala : "Berapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak dengan seizin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang bersabar" (QS. Al-Baqarah : 249) Dan firman-Nya : "Jika ada diantara kalian seribu orang maka mereka akan mengalahkan 2000 (pasukan musuh) dengan seizin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang bersabar" (QS. Al-Anfal : 66) Sabar adalah perangai mulia yang selalu diperlukan oleh seorang muslim hingga dia dapat melaksanakan perintah Allah. Bencana yang ditimpakan Allah kepada hamba-hamba-Nya juga membutuhkan kesabaran. Begitu pula gangguan-gangguan dan rintangan-rintangan yang dihadapi oleh seorang muslim dalam perjalanan dakwahnya memerlukan kesabaran. Meninggalkan nafsu syahwat dan larangan-larangan Allah sangat memerlukan kesabaran. Kerana hawa nafsu itu selalu menggoda manusia akan tetapi yang bisa selamat hanyalah yang di jaga oleh Allah ta'ala. Menjaga keta'atan kepada Allah memerlukan kesabaran dan demikian juga dengan memerangi musuh-musuh Allah sangat memerlukan kesabaran. Kerana jihad didalamnya banyak onak dan duri. Bersabar dalam menghadapi mereka merupakan sebab kemenangan seperti yang di jelaskan oleh Rasulullah. Kemenangan yang dijanjikan oleh Rasulullah ini mencakupi 2 bentuk jihad, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Rajab : "Kemenangan itu mencakupi 2 bentuk jihad, Jihad melawan musuh yangzahir/nampak dan jihad melawan musuh yang batin/tidak nampak (yaitu hawa nafsu). Barang siapa yang bersabar menghadapi keduanya maka diaakan mendapat kemenangan dan pertolongan. Dan barang siapa yang tidak bersabar menghadapi keduanya maka dia akan kalah dan menjadi tawanan atau terbunuh." (Jami'ul Ulum wal Hikam 186) Kelapangan Datang Setelah Kesempitan Nabi saw bersabda : "Sesungguhnya kelapangan datang setelah kesempitan." Musibah, fitnah, ujian dan cubaan kadang menghujani diri seorang muslim, semakin lama terkadang semakin bertambah dan seolah-olah dunia terasa sempit baginya. Maka kesedihan dan kesusahan pun menghimpitnya, tapi apabila dia bersabar dan mengharapkan pahala Allah atas musibah tersebut serta dia meyakini bahawa semua ini telah ditaqdirkan dan ditentukan oleh Allah dan dia tidak putus asa akan pertolongan/rahmat Allah maka dia akan mendapatkan pertolongan, pengampunan dan rahmat Allah. Dan akan datang kelapangan padanya. Dan dibalik musibah itu sebenarnya banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat dipetiknya. Allah ta'ala berfirman: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cubaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan macam-macam cubaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat" (QS. Al-Baqarah : 214). Rasulullah pada waktu perang Ahzab ditimpa dan diuji dengan berbagai macam ujian,rasa takut, lapar, dingin dan kesulitan akan tetapi mereka para sahabat bersama beliau selalu tegar menghadapi semua itu seperti tegarnya gunung batu yang kukuh. Lalu datanglah pertolongan Allah. Kemudahan Pasti Datang Setelah Kesulitan Nabi saw bersabda : "Sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan." Hal ini juga tercantum dalam firman-Nya : "Allah akan menjadikan kemudahan setelah kesulitan" (QS. Ath-Tholaq : 7) Dan firman-Nya : "Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan dan sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan" (QS. Asy-Syarhu : 5-6) Sesungguhnya kesulitan, kesedihan, kesempitan dan musibah-musibah itu akan menjadikan seorang muslim suci dan bersih dari kotoran-kotoran (dosa dan noda) dan akan menjadikan hatinya selalu bergantung kepada Allah dan semakin bertambah ketergantungan ini seiring dahsyatnya musibah dan cobaan. Seorang Muslim akan selalu merendahkan dirinya kepada Allah dengan niat yang ikhlas. Dan inilah sebab dihilangkannya kesulitan. Diriwayatkan bahawa Imam Syafi'i pernah mengatakan : Bersabarlah, kerana kelapangan itu akan datang secepatnya. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala perkaranya maka dia akan bahagia. Barangsiapa yang selalu menyerahkan diri kepada Allah maka dia tidak akan ditimpa bencana Dan barangsiapa yang mengharap kepada Allah dia akan mendapatkan harapannya. Di dalam hadits di atas Rasulullah menekankan bahwa kemudahan tidak akan kekal abadi selama dia mahu bersabar dan mengharap pahala serta yakin bahawa semua itu telah ditaqdirkan oleh Allah ta'ala dan tidak ada tempat untuk melarikan diri darinya, lalu diapun tetap istiqamah di atas agama-Nya. Pelajaran-Pelajaran Yang Boleh Diambil Dari Hadits 1. Diharapkan bagi seorang guru untuk memusatkan perhatian murid sebelum dimulainya pelajaran. Hal ini diambil dari sabda beliau : "Wahai anak kecil, aku ingin mengajarimu beberapa kata" 2. Anjuran untuk mendidik dan mengajari anak-anak ilmu agama 3. Anjuran untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dalam hal-hal yang bermanfaat di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Rasululllah menggunakan kesempatan berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan memberikan wasiat berharga bagi Ibnu Abbas r.a yang membonceng di belakang beliau. 4. Anjuran untuk bersifat jantan dan berani tapi dengan memakai akal pikiran dan mengerahkan daya upaya. Barangsiapa yang meyakini bahwa mudharat dan manfaat itu hanya di tangan Allah dan bahwasanya yang menimpa dirinya dari manfaat dan mudharat itu dari taqdir Allah maka hal ni semua akan menjadikannya gagah berani. (Qowaaid Wa Fawaid Minal Arbain An-Nawawiyah oleh Nadzim Muhammad Sulthon, hal. 169-178. )

Rabu, 16 November 2011

SEMOGA JADI HAJI MABRUR

SEMOGA JADI HAJI MABRUR Kamis, 10 November 2011 22:00 Muhammad Abduh Tuasikal Hukum Islam Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Sepulang dari haji tentu saja setiap yang berhaji ingin menjadi haji mabrur. Karena balasan haji mabrur sungguh luar biasa. Dalam hadits disebutkan, “Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349). Oleh karena balasannya demikian, maka para ulama saling mendoakan agar haji mereka pun mabrur. Lalu mereka menyebutkan pula apa saja yang menjadi tanda haji mabrur. Haji mabrur adalah haji yang di dalamnya terkumpul amalan kebaikan dan menjauhi setiap dosa. Do’a yang paling bagus yang hendaknya diucapkan bagi orang yang berhaji bagi dirinya sendiri dan dari orang lain untuknya adalah semoga haji yang dilakukan adalah haji yang mabrur. Oleh karena itu, dianjurkan bagi orang yang berhaji setelah ia melaksanakan amalan haji, bahkan setelah ia bertahallul (boleh melakukan larangan ihram) ketika selesai melempar jumrah ‘aqobah pada hari nahr (Idul Adha, 10 Dzulhijjah) untuk saling mendoakan: اللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ سَعْيًا مَشْكُوْرًا وَ ذَنْبًا مَغْفُوْرًا “Allahummaj’al hajjan mabruron, wa sa’yan masykuron, wa dzanban maghfuron [Semoga Allah menganugerahkan haji yang mabrur, usaha yang disyukuri dan dosa yang diampuni]”. Inilah do’a yang dikatakan diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Umar. Bahkan disebutkan diriwayatkan secara marfu’ (sampai pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam). Begitu pula diucapkan pada orang yang baru pulang dari haji. Dicontohkan pula oleh salaf, yaitu ketika Kholid bin Al Hazza’ berhaji dan kembali, maka Abu Qilabah berkata padanya, بَرَّ العَمَلُ “Semoga Allah menjadikan amalmu mabrur.” Al Hasan Al Bashri berkata, “Balasan dari haji mabrur adalah surga. Tanda haji mabrur adalah seseorang kembali dari haji dalam keadaan zuhud dalam hal dunia dan semangat menggapai akhirat.” Beliau mengatakan pula bahwa tanda haji mabrur adalah meninggalkan kejelekan setelah haji. Ibnu Rajab mengatakan, “Tanda diterimanya suatu amalan kebaikan adalah amalan tersebut dilanjutkan dengan kebaikan. Tanda tidak diterimanya suatu amalan adalah amalan baik malah dilanjutkan dengan maksiat.” Ya Allah, berikanlah keteguhan pada kami dalam ketaatan hingga kematian menjemput kami. Imam Ahmad memanjatkan do’a, “Allahumma a’izzani bitho’atik wa laa tadzillani bi ma’shiyatik [Ya Alah, berilah kemuliaan kepadaku dengan taat pada-Mu dan janganlah beri kehinaan padaku dengan bermaksiat padamu]”. [Disarikan dari penjelasan Ibnu Rajab Al Hambali dalam Lathoif Al Ma’arif hal. 115-119] Baca pula artikel: Haji Mabrur, Jihad yang Afdhol Walhamdulillahi robbil ‘alamin. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Referensi: Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, terbitan Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1428 H.

Tanda-Tanda Haji Mabrur

Rabu, 17 Maret 2010 - 21:40:36 WIB Tanda-Tanda Haji Mabrur Sumber : KBIH AROFAH MALANG. COM Diposting oleh : Pembimbing Kategori: Hikmah Haji - Dibaca: 2598 kali Setiap jamaah haji tentunya sangat mendambakan bahwa hajinya mendapatkan predikat haji yang mabrur. Untuk itu tidaklah mudah mendapatkanya. Bahkan tak jarang banyak jamaah haji yang setelah pulang keimanannya tidaklah bertambah melainkan tambah menjadi-jadi alias habis tobat kambuh lagi kemaksiatannya. Na'udzubillahi min dzalik.. Apa sih yang dimaksud dengan haji mabrur? Apa pula maknanya? Kalau ada haji mabrur tentunya ada haji yang tidak mabrur dong, alias mardud?! Nah kali ini kita akan membahas masalah haji mabrur dan apa-apa yang menyebabkan seseorang memperoleh haji mabrur tersebut. Dalam membahas haji mabrur ini, ada dua hal/ istilah yang perlu kita pahami yaitu pertama tentang haji maqbul dan haji mabrur itu sendiri. Haji maqbul (diterima) adalah haji yang diterima oleh Allah SWTartinya ibadah haji yang dilaksanakan tidak dicampuri dengan perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah SWT, bebas dari riya’ karena ingin dipangil “Pak Haji”atau “Aba”, “Bu Haji” atau “Umi”, dan tidak di nodai dengan perbuatan rafats(berkata kotor, jorok), fusuq (melanggar perintah Allah atau agama) dan jidal (berbantah-bantahan). Pelaksanaan hajinya harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dimana rukun dan wajib hajinya haruslah terpenuhi. Rasulullah SAW pernah bersabda "Khuddu ani manasikakum" yang artinya "Ikuti dariku manasik olehmu". Ternyata berat juga ya.. Sedangkan haji yang ditolak (mardud) adalah ibadah haji yang pelaksanaanya dicampuri oleh perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah SWT. Dalam suatu hadist Rasulullah menjelaskan penolakan Allah terhadap haji dengan biaya atau bekal yang haram: Artinya: “Tidakada talbiyah bagimu dan tidak ada pula keberuntungan atasmu karena makananmu haram, pakaianmu haram dan hajimu ditolak”. (HR. Bukhari dan Muslim). Singkatnya Haji yang maqbul adalah haji yang diterima dan mendapatkan pahala sesuai dengan yang dijanjikan dan menghapuskan kewajiban seseorang dari kewajiban hajinya. Sedangkan pengertian Haji mabrur lebih mencerminkan hasil dari pelaksanaan ibadah haji yang maqbul, lebih mencerminkan pasca pelaksanaan haji. Haji Mabrur memiliki pengertian haji yang mampu mengantarkan pelakunya kelak menjadi lebih baik sebelum ia berhaji. Perilakunya setelah pulang haji menjadi lebih baik, ibadahnya lebih menigkat, baik ibadah mahdhah (ibadah yang murni) seperti sholat, puasa, zakat mapun ibadah ghairu mahdhah (tidak murni) seperti dalam kehidupan sosialnya, sabar, jujur dan berakhlak mulia. Dengan demikian haji mabrur sudah pasti maqbul, tetapi tidak semua haji yang maqbul menjadi haji mabrur. Karena kembruran haji seseorang akan terlihat dengan perilaku ibadah dan amaliahnya setelah pelaksanaan hajinya. Boleh dikata bahwa kemabruran ibadah haji lebih mencerminkan kualitas ketaqwaan seseorang setelah menjalankan ibadah haji.Artinya kemabruran haji adalah sebuah proses peningkatan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Mudah-mudahan segala amaliah kita selama melaksanakan ibadah haji menjadikan pemicu agar kita tetap istiqomah dalam meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kehadirat Allah SWT. Amin.. MAKNA IBADAH HAJI DAN PELESTRARIAN HAJI MABRUR Kemabruran ibadah haji adalah merupakan sebuah proses yang terus kita upayakan dalam kehidupan sehari-hari setelah kepulangan menunaikan ibadah haji. Upaya pelestarian haji mabrur sebenarnya merupakan pengejawantahan dari amal-amal kita selama menunaikan ibadah haji. Relevansi makna ibadah haji dan upaya pelestarian haji mabrur tersebut antara lain: 1. Sikap taat dan patuh dalam melakukan sesuatu sesuia dengan aturan, tidak semaunya sendiri. Allah SWT dalam penciptaan alam semesta ini, segala sesuatunya sesuai dengan aturan dan terkontrol. Cerminan sikap ini merupakan implementasi dari pengambilan Miqot Haji dan ihram, artinya ketika kita melaksanakan ibadah haji haruslah berniat ihram haji atau umrah dari Miqot yang sudah ditentukan, tidak boleh disembarang tempat, apalagi semaunya sendiri. Dalam berihram sendiri, didalamnya mengandung larangan-larangan ihram yang harus dipatuhi. Nah.., maknanya ketika kita melakukan sesuatu hal haruslah sesuai dengan aturan. Syukur alhamdulillah jika aturan tersebut berdasarkan pada tuntunan agama yaitu Al Quran dan Sunah Rasulullah SAW. Insya Allah jika kita berpegang pada dua hal tersebut kita akan selamat dunia akhirat. 2. Sikap selalu mendahulukan seruan atau pangilan Allah SWT daripada kepentingan yang lain. Sikap ini tercermin dari lafadz talbiyah yang sering kita kumandangkan ketika kita melakasanakan ibadah haji. “Labbaik Allahumma Labbaik. Labbaik La Syarikalak”. “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku penuhi panggilan-Mu, Tidak ada sekutu bagi-Mu”. 3. Sikap selalu melakukan koreksi diri atau introspeksi, agar kehidupan lebih baik. Sikap ini merupakan cerminan dari kegiatan wukuf kita. Selama wukuf disunahkan jamaah haji berdzikir, tafakur dan taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini bermakna pula kita melakukan introspeksi, menghitung seberapa besar taat kita pada perintah-perintah Allah SWT dan seberapa besar pula kita bermaksiat kepada Allah SWT. Seberapa besar pula nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita selama ini. Berat manakah timbangannya? Apakah taat kita kepada Allah SWT atau maksiat kita kepada Allah SWT? Sudakkah kita melakukan introspeksi ini. Pasti berat timbangan maksiatnya? Kita akui saja! Selanjutnya adakah kita menyesalinya dan bertobat dengan taubatan nasukha? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus selalu kita ajukan dalam diri kita dalam upaya melakukan introspeksi agar hidup kita lebih baik. 4. Sikap selalu menghidarkan diri dari hal-hal atau perbuatan yang merugikan diri sendiri atau tidak bermanfaat. Hal ini tercermin dari sikap kita untuk menjaga larangan-larang ihram selama berhaji. Larangan ihram berupa larangan melakukan rafats (berkata kotor, jorok), fusuq (bermaksiat kepada Allah SWT, perbuatan fasiq), jidal (berbantah-bantahan, adu mulut), memotong pepohonan dan menyakiti orang lain adalah upaya kita untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu kita terhadap perbuatan-perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Tindakan ini merupakan latihan agar nantinya sepulang haji, kita bisa mengendalikan diri dari dorongan negatif hawa nafsu kita. Sikap tersebut juga mencerminkan sikap toleransi kita terhadap sesama. Mennghormati hak-hak orang lain adalah perintah agama karena dihadapan Allah SWT kita adalah sama. Inilah adalah cermin dari pakaian ihram kita. Allah SWT tidaklah melihat status sosialnya, jabatannya atau pangkatnya melainkan ketaqwaannyanya yang akan dilihat Allah SWT. 5. Sikap akan cinta damai, berjiwa sosial dan tolong menolong serta memberi kesempatan orang lain dalam berbuat kebajikan. Selalu berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan. Sikap ini merupakan cerminan dari kegiatan thawaf. Ketika thawaf, kita bisa saksikan, beribu-ribu orang melaksanakan thawaf di Masjidil Haram, mengeliling Ka’bah secara teratur. Selama pengalaman penulis berhaji, belum ada jamaah haji yang meninggal karena terinjak-injak ketika thawaf, justru ketika ada orang yang jatuh maka serentak orang yang berada di sekelilingnya akan menolang orang tersebut. Ketika memulai thawaf, cukup hanya melampaikan tangan ke Hajar Aswad kemudian mengecupnya. Ini mencerminkan sikap mengalah dan memberikan kesempatan orang lain untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan. Sebenarnya masih banyak makna-makna amaliyah ibadah haji yang memberikan pelajaran kepada kita yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sekepulangan kita menunaikan ibadah haji. Point-point tersebut adalah sebagian kecil yang bisa penulis sampaikan. Akan lebih baik jika Anda yang telah menunaikan ibadah haji bisa mengambil makna-makna ibadah haji Anda sendiri, karena setiap jamaah haji memiliki pengalaman-pengalaman sendiri yang berbeda satu sama lain. Ambillah hikmahnya dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Syekh Hasan Muhammad Al Mussyath menjelaskan bahwa tanda-tanda kemabruran haji seseorang adalah apabila mampu membentuk kepribadiannya setelah melaksanakan ibadah haji berubah menjadi lebih baik daripada sebelumnya dan tidak lagi mengulang maksiatnya.

Senin, 01 Agustus 2011

ALHAMDULILLAH SUDAH, ..! (ada apa ?)

ALHAMDULILLAH SUDAH, ..! (ada apa ?)

Alhamdulillah sudah? Apa yang Alhamdulillah sudah, begitu pertanyaan saya ketika melihat sebuah iklan teaser di sebuah situs republika online. Iklan banner itu cukup “menganggu” saya ketika saya “meluncur” di setiap membaca halaman – halaman berita di situs ini.
Dan saya yakin siapa pun yang melihat pasti juga merasakan hal yang sama, setidaknya punya rasa ingin tahu yang kuat, apa sih yang sebenarnya ingin di sampaikan oleh iklan ini? apalagi jenis iklan model teaser ini memang sengaja di buat oleh perancang iklannya. Dengan maksud menggoda pembacanya, dan sepertinya saya pun cukup “tergoda” untuk menelusuri Alhamdulillah sudah dan bertanya banyak kepada mbahnya jagat internet kakek gugeel.
Penelusuran saya akhirnya menemukan sebuah situs mengenai Alhamdulillah sudah, klik saja alhamdulillahsudah.com di situ menyajikan sebuah informasi mengenai zakat, apa dan mengapa harus membayar zakat, manfaat membayar zakat dan tujuan di baliknya. Ternyata yang di maksudkan dengan Alhamdulillah sudah, bermaksud mengajak kesadaran baru di tengah masyarakat muslim bahwa membayar zakat tidak perlu harus menunggu pekan terakhir di bulan puasa.
Bukankah kita mengenal pembayaran zakat fitrah di akhir – akhir Ramadhan? Tapi Alhamdulillah sudah disini ingin mengajak kita untuk membayar zakat fitrah di awal – awal Ramadhan. Sesuatu hal yang baru di tengah kuatnya pemahaman dan budaya dalam masyarakat muslim tentang zakat fitrah.
Ingin mengubah pemahaman dan budaya tentu memerlukan “tenaga” yang kuat. Semua resource tentu harus di gunakan. Dengan padatnya arus komunikasi di dunia media? Maka tantangan terberat dalam kampanye Alhamdulillah sudah ini adalah pola pikir masyarakat yang sudah “berlumut” dan itu tidak mudah untuk “dibersihkan” dan di “lukis” kembali dengan pemahaman yang baru.
Tapi saya percaya dengan kekuatan kejujuran dan keinginan yang kuat untuk selalu mengajak pada pembaharuan di tengah masyarakat, tentang bagaimana zakat itu mudah di kelola jauh – jauh hari dan di salurkan dengan cepat dan tepat, sebelum masyarakat kita “terjebak” dengan budaya – budaya yang terjadi di bulan Ramadhan.
Dan tentu saja ini sebuah ide yang bagus dan mengelitik, mendorong masyarakat muslim untuk membayar zakat di awal – awal. Saya pun berharap dana zakat dapat di kelola secara profesional dan amanah. Sehingga dana – dana zakat itu dapat menciptakan pasar – pasar ekonomi bagi kaum muslim yang terpinggirkan oleh kerasnya jaman. Dan kemudian menciptakan pembangunan sosial dan ekonomi secara utuh dan integral.
Lalu bagaimana dengan anda? Di awal Ramadhan ini, insya Allah saya akan ikut berpartisipasi dalam kampanye Alhamdulillah sudah, Alhamdulillah sudah membayar zakat, dan Alhamdulillah sudah ikut membantu menjadi bagian dalam pembangunan rumah ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Lalu bagaimana dengan anda (muslim), apakah anda tertarik dengan Alhamdulillah sudah ini dan berniat merubah habit kita selama ini?
Sumber dari Arif "go-date" Rahman Nasution (kompasiana) : OPINI | 25 July 2011 |

betapa hebatnya kekuatan ‘kebaikan’…! Iklan ini menurut saya, sangat menggugah…!

Sebuah ungkapan sederhana namun memiliki makna yang penuh dengan kebahagiaan, kelegaan, kepuasan dan ketenangan.
Begitu juga dengan ZAKAT kita di bulan Ramadhan. Alangkah bahagianya jika di tengah pekerjaan yang begitu padat, kesempurnaan amal di bulan Ramadhan kita dapatkan sejak awal.
Ketika zakat telah ditunaikan, Insya Allah ibadah kita lebih khusuk. Dan kita bisa membahagiakan saudara kita tanpa menunggu hingga akhir Ramadhan.
Mari segera tunaikan zakat, berbagi kebahagiaan di awal Ramadhan, dan ungkapkan “alhamdulillah sudah”.

Kamis, 14 Juli 2011

Tentang Tabayyun

Tabayyun
Assalaamu'alaikum,

Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya.

Tabayyun adalah akhlaq mulia yang merupakan prinsip penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan keharmonisan dalam pergaulan. Hadits-hadits Rasulullaah saw dapat diteliti keshahihannnya antara lain karena para ulama menerapkan prinsip tabayyun ini. Begitu pula dalam kehidupan sosial masyarakat, seseorang akan selamat dari salah faham atau permusuhan bahkan pertumpahan darah antar sesamanya karena ia melakukan tabayyun dengan baik. Oleh karena itu, pantaslah Allaah swt memerintahkan kepada orang yang beriman agar selalu tabayyun dalam menghadapi berita yang disampaikan kepadanya agar tidak meyesal di kemudian hari," Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu".

Bahaya meninggalkan tabayyun

1. Menuduh orang baik dan bersih dengan dusta.
Seperti kasus yang menimpa istri Rasulullaah saw yaitu Aisyah ra. Ia telah dituduh dengan tuduhan palsu oleh Abdullaah bin Ubai bin Salul, gembong munafiqin Madinah. Isi tuduhan itu adalah bahwa Aisyah ra telah berbuat selingkuh dengan seorang lelaki bernama Shofwan bin Muathal. Padahal bagaimana mungkin Aisyah ra akan melakukan perbuatan itu setelah Allaah swt memuliakannya dengan Islam dan menjadikannya sebagai istri Rasulullaah saw. Namun karena gencarnya Abdullaah bin Ubai bin Salul menyebarkan kebohongan itu sehingga ada beberapa orang penduduk Madinah yang tanpa tabayyun, koreksi dan teliti ikut menyebarkannya hingga hampir semua penduduk Madinah terpengaruh dan hampir mempercayai berita tersebut. Tuduhan ini membuat Aisyah ra goncang dan stress, bahkan dirasakan pula oleh Rasulullaah saw dan mertuanya. Akhirnya Allaah swt menurunkan ayat yang isinya mensucikan dan membebaskan Aisyah ra dari tuduhan keji ini[baca QS Annuur 11-12].

2. Timbul kecemasan dan penyesalan.
Diantara shahabat yang terpengaruh oleh berita dusta yang disebarkan oleh Abdullaah bin Ubai bin Salul itu adalah antara lain Misthah bin Atsasah dan Hasan bin Tsabit. Mereka itu mengalami kecemasan dan penyesalan yang dalam setelah wahyu turun dari langit yang menerangkan duduk masalahnya. Mereka merasakan seakan-akan baru memsuki Islam sebelum hari itu, bahkan kecemasan dan penyesalan tersebut tetap mereka rasakan selamanya hingga mereka menemui Rabbnya[QS AlHujurat 6].

3. Terjadinya keslahfahaman bahkan pertumpahan darah.
Usamah bin Zaid ra bertutur: Rasulullaah saw telah mengutus kami untuk suatu pertempuran, maka kami tiba di tempat yang dituju pada pagi hari. Kami pun meyerbu musuh. Pada saat itu saya dan seorang dari kaum Anshar mengejar salah seorang musuh. Setelah kami mengepungnya, musuh pun tak bisa melarikan diri. Di saat itulah dia mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah. Temanku dari Anshar mampu menahan diri, sedangkan saya langsung menghujamkan tombak hingga dia tewas. Setelah saya tiba di Madinah, kabar itu sampai kepada Rasulullaah saw. Beliau bersabda:" Hai Usamah, mengapa engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah?Saya jawab:" Dia mengucapkan itu hanya untuk melindungi diri". Namun Rasulullaah saw terus mengulang-ulang pertanyaan itu, hingga saya merasa belum pernah masuk Islam sebelumnya{HR. Bukhari].(Dalam riwayat Muslim, Nabi saw bertanya kepada Usamah dengan "Apakah kamu telah membedah hatinya?").

Hadits ini memberi pemahaman bahwa Nabi saw marah kepada Usamah bin Zaid ra karena ia telah membunuh musuhnya yang telah mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah, hingga Nabi saw bertanya "Apakah engkau telah teliti dengan jelas (tabayyun) sampai ke lubuk hatinya bahwa ia mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah itu karena ia takut senjata dan ingin melindungi diri....dst?".

Penyebab tiada tabayyun

1. Pada masa kanak-kanak.
Sesorang yang hidup di bawah asuhan orang tua yang tidak memiliki sikap tabayyun, maka sikap tersebut kelak akan meresap ke dalam jiwa anaknya hingga akhirnya anak itupun menjadi potret dari kedua orang tuanya yaitu tidak memiliki sikap tabayyun.

2. Tertipu oleh kefasihan kata.
Adakalanya telinga seseorang itu jika mendengarkan kata-kata manis dan menarik lantas menjadi tertipu, padahal itu hanyalah rayuan dan bunga-bunga perkataan, sehingga ia lalai dan tidak tabayyun. Karena itulah Nabi saw bersabda tatkala merasakan gejala ini, "Sesungguhnya kalian mengajukan perkara kepadaku, dan barangkali sebagian dari kamu lebih pintar berbicara dengan alasan-alasannya daripada yang lain, maka barangsiapa yang aku putuskan dengan hak saudaranya karena kepintarannya bermain kata-kata, maka berarti aku telah mengambilkan untuknya sepotong bara api neraka, maka janganlah ia mengambilnya"[HR. Bukhari].

3. Lalai terhadap dampak buruknya.
Seseorang tidak menyadari bahaya buruk meninggalkan tabayyun. Padahal akibatnya akan mencemarkan nama baik orang, penyesalan diri dll.

Terapi terhadap sikap tiada tabayyun

1. Senatiasa meningkatkan ketaqwaan, karena salahsatu di antara keutamaan taqwa adalah Allaah akan memberikan 'Furqan' kepadanya, yaitu kemampuan membedakan yang haq dari yang batil, yang benar dari yang bohong[QS AlAnfal 29].

2. Bergaul dengan orang-orang yang memiliki sikap tabayyun. Hal ini akan banyak memberi manfaat baginya kepada sikap kritis, penuh pemikiran dan pertimbangan hingga ia selamat dari ketergelinciran dan salah langkah dalam mengambil langkah dan tindakan.

3.Membaca, memahami,merenungi dan mengamalkan ayat-ayat yang membahas tabayyun (misalnya AlHujurat 6, Annisaa 94).

4. Membiasakan diri untuk selalu berprasangka baik terhadap muslim lainnya (QS. Annuur 12). " Ya Allaah, lapangkanlah dada kami, tenangkanlah jiwa dan fikiran kami, karuniakanlah sifat tabayyun pada diri kami, sehingga kami dapat menyikapi semua berita yang sampai kepada kami dengan benar sesuai kehendak-Mu".

Semoga bermanfaat.
Sumber:AlMuslimun n0.409.
Wassalaamu'alaikum,
I Do Y K'lautern, Nov 2004 Diposkan oleh ayodi ( I Do Y) di