SHURAT THAHA AYAT 131-132
(Tafsir Tarbawi)
- 131. dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
- 132. dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. [1]
Allah swt,telah menjadikan kehidupan dunia sebagai
perhiasan dan ujian bagi kaum muslimin. Sebagai perhiasan dunia, dunia di
penuhi oleh gemerlap kenikmatan yang menjamin kebutuhan materiil manusia.oleh
karna itu, dengannya bisa tercapai tujuan hidup, termasuk di antaranya tujuan menggapai kemuliaan di
sisi tuhan. tetapi sebagai ujian, gemerlap dunia, pada ahirnya kemuliaan dan kehinaan
manusia sering kali di tentukan dari caranya memandang kehidupan di alam fana
ini.
Ayat yang mulia di atas, memberikan peringatan kepada
kita agar tidak tertipu oleh kenikmatan dunia yang telah Allah berikan kepada
sebagian orang. kepada kita juga di tawarkan jalan keluar dari berbagai
kesulitan hidup yang menerpa manusia. Jalan keluar itu adalah shalat dan sabar. Sehubungan dengan itu, selayaknya kita
yakini bahwa tidak ada jalan keluar terbaik dalam menghadapi berbagai problema
kehidupan, kecuali dengan melaksanakan solusi yang di tawarkan oleh Allah
swt.
I. ASBABUN NUZUL
Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Murdawaih dan Bazzar dan Abu
Ya'la telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Abi Rofi' yang telah
menceritakan bahwa nabi Muhammad saw. menerima tamu dan mau menjamunya, kemudian nabi saw
mengutusku kepada seorang laki-laki yahudi untuk meminjam sekantong trigu
darinya yang akan di bayar nanti pada permulaan bulan rajab, maka orang yahudi itu
berkata "tidak, kecuali apabila ia memakai jaminan" lalu aku datang kepada nabi saw dan melaporkan padanya apa yang
telah di katakan oleh orang yahudi tersebut itu. Maka nabi bersabda : "ingatlah, demi allah, sesungguhnya aku
adalah orang yang di percaya di langit dan di percaya pula di muka bumi
ini" dan aku tidak berpamitan meninggalkan majlis nabi saw, sehingga turunlah
ayat ini (surat thaha ayat 131)[2]
II. KANDUNGAN AYAT
Surat thaha ayat 131-132, berisi larangan menoleh
kapada berbagai kenikmatan dunia yang telah di berikan kepada orang-orang
kafir. Mereka adalah kaum yang telah terhijab dari memikirkan dan melihat keagungan
Allah. Semua kenikmatan itu diberikan kepada orang-orang kafir semata-mata sebagai
"bunga kehidupan"untuk menguji mereka, karena kenikmatan
dunia yang di rasakan oleh orang-orang kafir justru akan menjadi suksa bagi
mereka, kelak di ahirat. Siksaan ini di berikan karena mereka lalai mensyukuri
nikmat tersebut dengan jalan beriman kepada ayat-ayat Allah swt.
Bagaimanapun juga, karunia Allah ta'ala yang di
limpahkan kepada orang-orang beriman berupa hidayah dan keimanan, merupakan kenikmatan
yang jauh lebih berharga dari kemilau dunia orang-orang kafir. Nikmat seperti ini
lebih aman dari kemungkinan hilang, lebih langgeng dari kemungkinan musnah, dan lebih
menentramkan hati di dunia dan ahirat.[3]
Selanjutnya, berkenaan dengan ayat 132 yang telah di
hadirkan di awal bab ini, imam ibnu katsir rahimahullah menjelaskan,ayat ini
berisi perintah untuk mendirikan shalat dengan sabar sebagai sarana menuju
ketaqwaan. melalui sarana taqwa ini setiap muslim mendapat jaminan Allah berupa jalan
keluar dari berbagai kesulitan dan pintu bagi datangnya rizqi dari jalan yang
tiada di sangka-sangka.
Setelah turunnya surat Thaha ayat 132, rasululloh saw.
berangkat kerumah Fathimah r.a. dan menyuruh putrinya tersebut mengerjakan
shalat dalam menghadapi segala kesulitan dalam kehidupan.nabi saw. melakukan perbuatan
ini yaitu menyuruh putrinya untuk shalat dalam menghadapi kesulitan terus
menerus selama sebulan. inilah sunnah rasululloh saw, yaitu menegakkan shalat
bila di landa kesusahan. beliau nabi saw, menegakkan sunnah ini
lewat da'wah bil hal, yaitu mengamalkan dan memerintahkan, sehingga orang-orang
salaf yang saleh senantiasa memelihara sunnah yang agung ini bila mereka di
landa kesulitan. [4]
- Larangan
mengarahkan pandangan (dengan iri ) kepada orang-orang yang telah di beri
kenikmatan.larangan ini wajib untuk di patuhi. Ukuran kemulyaan
seseorang di sisi Allah tidaklah terletak pada harta kekayaan yang
berlimpah, tetapi pada kadar ketaqwaannya kepada Allah swt.
- Kenikmatan
berupa harta yang telah di berikan kepada sebagian orang,merupakan ujian
baginya dalam mengukur sejauh mana kualitas syukur yang di
miliki.kenyataan menunjukkan bahwa harta serinh membuat pemiliknya lupa
diri,mengeluarkannya pada jalan yang sia-sia,atau berusaha menambah jumlah
melalui jalan yang tidak benar.kegiatan menumpuk-numpuk harta kekayaan
telah mengakibatkan tersitanya waktu dari mengingat Allah.
- Allah
swt. telah memberikan nikmat yang banyak kepada setiap hamba. hanya saja
manusia sering berpandangan sempit dengan membatasi makna nikmat dari sisi
materiil saja.padahal, seluruh keberadaan diri kita merupakan nikmat yang
patut di syukuri.sekecil apapun yang kita terima dari Allah itu adalah
yang terbaik bagi kita.memang yang terbaik menurut manusia belum tentu
baik menurut pandangan Allah,begitu pula yang buruk menurut manusia belum
tentu buruk menurut Allah,oleh sebab itu,bisa jadi kekayaan yang melimpah
belum tentu cocok bagi kehidupan kita.
- Bersyukur
dan menerima rizki dari Alloh bukan berari mengizinkan kita untuk
bermalas-malasan dalam mencari ma'isyah .orang-orang salaf yang shaleh
mengatakan bahwa "harta adalah senjata kaum muslimin.bahkan, ibnu
Abbas pernah berkata "Dinar dan dirham adalah cincin Allaoh di muka
bumi,yang dengannya terlaksana segala kehendakmu"
- Dalam
ayat di atas Allah swt. memerintahkan kaum muslimin untuk mengajak
keluarga dan kerabatnya mendirikan shalat dengan sabar,tujuannya adalah
agar ibadah tersebut menjadi penolong dalam menghadapi berbagai kesukaran.[6]
- Kehidupan
dunia dengan segala gemerlapnya,bias juga di hadapi dengan menerapkan dang
mengembangkan sikap hidup sederhana.sikap hidup ini dilakukan dengan cara
meredam berbagai kecenderungan hawa nafsu duniawi yang tidak
terkendali,ini dilakukan bagi mereka yang hawatir terjerembab dalam
kehinaan dan kelalaian akibat tipuan dunia.sikap yang di kaksud ialah
berbuat zuhud.
Hal ini di maksudkan agar pada masa dewasa nanti,anak
didik dapat melaksanakan kewajiban jihad dan dakwah dengan sebaik-baiknya. Cukuplah rasulullah
saw. sebagai suru tauladan generasi muslim, baik dalam kehidupannya yang sederhana, zuhud dalam makanan, pakaian dan tempat
tinggal,agar mereka selalu siap menghadapi segala sesuatu yang menghadangnya.[7]
Pantaslah jika umat islam terlalu
lama dalam kesenangan, kemewahan, tidur di atas sutra, dan tergiur oleh harta benda, maka akan cepat
sekali roboh dan pasrah terhadap serangan musuh. Roh kesabaran, persatuan serta jihad
di jalan Allah menjadi pudar dalam jiwa para pemuda. Rasanya masih terlalu
segar dalam ingatan kita akan sejarah peristiwa jatuhnya Andalusia.
IV. TARBIYAH DALAM AYAT
DI ATAS
- Di antara sifat-sifat yang harus di tanamkan dalam dunia pendidikan adalah bertaqwa,ada beberapa definisi yang di kemukakan para ulama' tentang taqwa di antaranya adalah sebagai berikut :
- Menjaga agar Allah tidak melihatmu di tempat larangannya, dan jangan sampai anda tidak di dapatkan di tempat perintahnya. Mengerjakan apa yang di perintahkan Allah dan meninggalkan larangannya.
- Menjaga diri dari 'azab Allah dengan mengerjakan amal shalih,dan merasa takut kepadanya, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan.
- Kedua definisi di atas tersebut pada prinsipnya sama, yaitu menjaga diri dari 'azab Allah dengan senantiasa merasa berada dibawah pengawasan nya (muraqabah). juga senantiasa berjalan pada metode yang telah digariskan Allah,baik secara sembunyi atau terang-terangan,dan berusaha semaksimal mungkin untuk menekuni yang halal dan menjauhi yang haram.
- Dalam dunia pendidikan para pendidik, sudah barang tentu termasuk orang-orang yang paling pertama terkena perintah dan pengarahan di atas, karna pendidikan adalah panutan yang akan senantiasa diikuti dan ditiru,ia juga adalah penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan ajaran islam.
Jika pendidik tidak menghiasi dirinya dengan
taqwa,prilaku dan pergaulan yang berjalan di atas metode islam,maka anak akan
tumbuh menyimpang,terombang ambing dalam kerusakan,kesesatan dan
kebodohan.mengapa? karena anak melihat yang mendidik dan mengarahkannya telah
berada dalam lumpur dosa,berselimut kemungkaran dan kerusakan.sang anak tumbuh
tanpa ada penahan dari Allah,tanpa ada rasa muraqabah (mawas diri) kepada Allah
dan tanpa ada kendali dari batinnya.wajar jika sang anak kemudian ternoda
lumpur-lumpur dosa dan menyimpang dalam lingkungan jahiliyah dan zaman
kesesatan dan kehancuran.
Karenanya,para pendidik hendaknya memahami realitas
ini,jika menginginkan kebaikan ini,perbaikan dan petunjuk bagi anak-anak dalam
lingkungan alam yang suci dan bersih.
Termasuk sifat mendasar yang dapat menolong
keberhasilan pendidik dalam tugas pendidikan dan tanggung jawab pembentukan dan
perbaikan, adalah sifat sabar, yang dengan sifat ini anak akan tertarik kepada pendidikannya.dengan
kesabaran pendidik, sang anak akan berhias dengan akhlaq yang terpuji, dan jauh dari
perangai tercela.ia akan menjadi malaikat dalam wujud manusia.
Oleh karna itu Islam memberikan perhatian besar kepada
sifat sabar ini,menganjurkan untuk mendapatkan sifat itu di dalam ayat-ayat al
Quran dan hadits-hadits nabi,agar orang-orang khususnya para pendidik dan juru
da'wah mengetahui bahwa kesabaran merupakan keutamaan sepiritual dan moral yang
paling besar,yang mengantarkan manusia kepuncah keluhuran akhlaq.
Karenanya para pendidik hendaknya menghiasi dirinya
sengan kesabaran,kelemah lembutan dan ketabahan,jika dalam upaya mendidik
umatnya menginginkan kebaikan dan perbaikan,petunjuk bagi generasi muslim dan
perbaikan anak-anaknya.
Ini semua tidak berarti bahwa pendidik selamanya harus
berlemah lembut dan sabar dalam mendidik anak.tetapi di maksud agar pendidik
menahan dirinya ketika hendak makan,tidak emosi ketika meluruskan kebengkoan
anaknya,dan memperbaiki akhlaqnya.jika memang dia melihat kemaslahatan dalam
member hukuman kepada anak dengan kecaman atau pukulan misalnya,hendaklah ia
jangan ragu-ragu mengeluarkan hukuman itu.sehingga anak menjadi baik kembali menjadi
lurus akhlaqnya.jika ia dapat bertindak dengan bijaksana,maka ia akan
mendapatkan keuntungan yang
besar.
[2] Lubanun nuqul fi asbabin
nuzul,Al Jalal Assuyuthi,mathba'ah wannasyr safa karya insani indonesia,hal:235
[3] Ayat-ayat larangan dan perintah dalam al-Quran,K.H.Qamaruddin Shaleh
dkk,edisi pertama,CV penerbit Diponegara,bandung,hal:294-295
[7] Terjemah Tarbiyatul Aulad/pendidikan anak dalam islam,buku
I,Prof.Dr.Abdullah Nasih Ulwan/Drs.jamaludin miri.LC,pustaka
amani,Jakarta,cetakan ke III nivember 2007,hal:255-256