Selasa, 18 Januari 2011

SKETSAKU (LANJUTAN 5)

Semua orang menikmati masa muda dengan caranya masing-masing. Dan masa muda yang bahagia kemungkinan sama satu dengan lainya, dan ketika masa muda tak bahagia akan dilalui dengan jalannya sendiri-sendiri. Kali ini saya ingin menulis tentang kisah, masa muda ketika saya menemukan cinta sejati saya yaitu istri saya saat ini. Dalam hidup ada waktunya, kita merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta, tapi dibalik semua cerita hidup, dan kisah indah jatuh cinta, ada saja bagian dimana kita merasakan sakit hati (patah hati), kisah yang ingin saya sampaikan kali ini sebenarnya membuat saya malu sendiri, tapi saya mencoba untuk mengatakan bahwa, apa yang ingin saya cerita ini, semoga tidak akan menyinggung, orang-orang yang pernah saya kenal, karena pada sketsa kali ini, saya merasa sangat peka, takut menyakiti hati orang lain, dan tak bisa mengurai semua kejadian yang telah saya lalui, dengan baik, karena ada saja beberapa kejadian yang tak mampu saya urai dengan kata-kata, dan ada bagian yang saya lupa. Namun demikian semoga saja bisa mewakili apa yang ingin saya sampaikan. Apapun itu, saya harus mengakui pernah merasakan jatuh cinta pada seorang gadis, karena pada awalnya (menurut saya pada waktu itu) cerita ini sangat indah, saya merasakan betapa sangat bahagianya saya bisa mencintai seorang gadis pada waktu itu. Tapi indahnya kisah romantis, ternyata hanya menjadi bagian dari hidup saya, dibalik semua kisah yang telah saya jalani, saya berharap ada pelajaran yang sangat berharga untuk saya bagi, walau saya bukan manusia sempurna, tentunya ada beberapa kekurangan yang saya miliki pada saat itu, bisa berupa karena saya kurang percaya dengan diri sendiri, atau tidak konsisten dengan apa yang telah saya ucapkan atau mungkin saat itu kondisi saya lahir batin sangat labil. Namun Akhir dari semua yang pernah saya alami menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam perjalanan hidup saya.

Berawal dari pertemuan teman-teman di ROMBO (foRum kOMunikasi Bima dOmpu) mahasiswa Bima – Dompu tahun 1992, tempat pertemuannya adalah di jalan Sinom (ini sangat unik karena tempat tersebut adalah rumah orang tua Istri saya), saya sangat tertarik pada pandangan pertama, pada seorang mahasiswi IKIP Bandung (sebelum jadi UPI sekarang). Singkat cerita ternyata gadis tersebut adalah temannya, tetangga (adik-adik mahasiswa) kontrakan saya di Dago (Cirapuhan). Akhirnya saya ada jalan untuk bisa berkenalan dengan gadis tersebut. Gadis tersebut ternyata bernama Hasina. Kamipun bisa berkenalan dan berpacaran. Walaupun sebelumnya saya pernah mengenal gadis lain, waktu masa-masa SMA atau masa-masa kuliah di Yogya, tapi dengan Hasina saya mulai mengenal bagaimana mencintai seorang gadis, lahir batin saya belajar mengenal cinta, sayapun mengakui banyak belajar mencintai, dari Hasina. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Setelah kami sudah mengenal satu sama lain, Hasina mulai terbuka dengan saya, dan menceritakan pengalaman hidupnya, kamipun saling mendukung satu sama lain, saling memahami
dan menerima keadaan apa adanya. Walau selisih umur kami kurang lebih 6 tahun, sebenarnya dia lebih matang dari umurnya. Penuh pengertian dan perhatian. Dia becerita tentang pengalaman hidupnya, pernah dijodohkan oleh orang tuanya dan sudah pernah bertunangan. Tapi sempat terjadi perselihan dan akhir putus. Karena putusnya pertunangan tersebut, Hasina dengan orangtuanya sempat terjadi perselihan, sehingga orangtuanya menghukum sampai diikat dan dipukul. Tapi dia berutung bisa melanjutkan kuliah di IKIP Bandung, tanpa ujian seleksi masuk mahasiswa baru, langsung diterima sebagai mahasiswi, karena secara akademis Hasina cukup cerdas. Sebenarnya pemuda yang mau dijodohkan dengannya, cukup cerdas dan berhasil. Masih saudara dekatnya juga. Hal lain juga Hasina bercerita banyak, sehingga saya bisa mengenal secara baik lahir batin. Dari segala sisi saya bisa menerima Hasina, karena dia sangat terbuka untuk saya ketahui siapa dia sebenarnya. Walaupun ada sebagian dari hidup dia, yang dia rahasiakan, tapi tak mengurangi saya untuk mengenal Hasina lebih baik.

Indahnya masa pacaran saya manfaatkan, untuk belajar bagaimana berusaha mencintai Hasina, awal-awal perkenalan hampir setiap hari saya usahakan untuk bisa memperhatikan Hasina. Tapi ada beberapa kejadian yang menjadi pelajaran, seumur hidup saya, tentang menjaga nilai-nilai agama terutama menjaga diri dari perbuatan yang dilarang Agama. Pernah suatu malam Hasina menderita sakit, saya tidak tahu sakitnya apa, karena dia menutup diri tentang penyakitnya, tapi dia menginginkan saya agar bisa menjaganya sampai pagi, saya memenuhi keinginannya, Alhamdulillah saya ‘selamat’ karena bisa selalu menjaga diri, cara yang saya lakukan adalah, tetap berusaha menjaga sholat saya, dan saya berpakaian tebal, celana berlapis empat dan baju/kaos berlapis tiga ditambah Jaket atau rompi. Dan bila waktunya saya selalu pamit untuk segera pulang, walau itu tengah malam dan sempatkan untuk sholat malam dulu di masjid IKIP Bandung, bahkan ada beberapa kali yang memaksa saya untuk tidur di emperan masjid IKIP Bandung, saya sering menangis di sini, karena alasan tertentu, terutama ketika saya merenungi perjalannan hidup saya. Dan saya juga sering menginap ditempat kostnya saudara saya (adik sepupu), mahasiswa IKIP Bandung juga. Pada masa itu ujian terberat adalah, menjaga diri dari perbuatan yang mendekati zina, saya memang sedang dimabuk cinta, tapi saya juga tak lupa diri. Kesempatan memang ada, itulah ujian terberat keimanan saya, alhamdulillah saya bisa menjaga diri untuk melakukan diluar batas ketentuan agama. Keyakinan saya waktu itu adalah, saya hanya ingin menjaga Hasina, menemaninya belajar, memotivasi semangat belajarnya agar tercapai apa yang diinginkannya, dan mencintainya sepenuh hati saya, apa adanya keadaan Hasina. Pada waktu itu saya, sedang membantu usaha kakak saya, dan kuliah saya sudah selesai.

Saya pernah mengantar Hasina pulang ketempat saudaranya di Tasikmalaya, dalam perjalanan kami bercerita banyak, bercerita tentang mimpi-mimpi kami, saya masih ingat ketika lewat sebuah daerah persawahan, ada satu rumah kecil ditengah sawah, yang cukup asri dan sederhana, Hasina ingin sekali punya rumah seperti itu. Kami juga sering duduk – duduk di taman halaman IKIP Bandung, bahkan mengantar dan menjemputnya sampai ke raung kuliahnya. Dan banyak hal telah kami lalui, dengan sangat indah pada waktu itu, Dan cerita mengalir begitu saja, saya memang bisa menikmatinya, karena saya masih begitu yakin bisa mencintai Hasina, walau dengan rasa sedih aku harus mengatakannya, di saat-saat seperti inilah, kenangan demi kenangan mengalir, saya berat mengatakannya tapi apapun yang telah saya rasakan, saya harus mengakuinya. Walaupun akhirnya kami menjalin hubungan kurang lebih 2 tahun.

Pernah suatu waktu, kami bercermin bersama, dalam cermin tersebut Hasina mengatakan kepada saya bahwa dia merasa sangat sedih, karena apa yang dilihatnya dalam cermin tersebut bukan wajah saya tapi seperti melihat wajah orang lain, tapi entah siapa, dan dia menantang saya, agar segera melamarnya, sebelum keduluan orang lain. Karena kondisi saya waktu itu, masih sangat labil, belum punya pekerjaan tetap, saya belum bisa mengambil keputusan yang tegas. Kamipun keluar jalan-jalan keliling kota Bandung, jalan kaki dan naik angkutan umum, dia sempat merasa malu, karena ada sesuatu yang dia sembunyikan, ternyata itu adalah saat-saat terakhir kami jalan bersama. Sayapun menyadari, bahwa kondisinya menjadi tak realistis, karena sebagai laki-laki saya harus bisa bertanggungjawab dan tegas menentukan sikap, saya harus menyadari kenyataan yang saya hadapi, bahwa saya belum punya apa-apa, artinya saya mungkin saja bisa mencintai Hasina, dan kenyataannya kalaupun saya benar-benar sangat mencintainya, saya harus kuat lahir batin. Minimal saya harus bisa menghidupi diri saya sendiri, padahal kenyataanya saya masih tergantung dengan ‘orderan’ kakak saya. Dan mungkin, bisa saja memberikan pengertian kepada Hasina agar bersabar dulu, beri saya kesempatan untuk berusaha, karena setelah kuliah dan meraih ke’sarjanaan’, saya memang sempat bingung apa yang harus aku lakukan, kecuali hanya membantu usaha kakak saya. Dengan segala kehawatiran dan kebingungan yang saya hadapi akhirnya Hasina tak tahan juga. Dan Hasina mengambil sikap sendiri, tanpa mempertimbangkan bagaimana perasaan saya terhadapnya. Sayapun memakluminya, kalaupun saya terpuruk itu semua karena kesalahan saya sendiri, dan tidak mau berusaha lebih keras. Isi hati dan pikiran saya bisa saja curuhkan sepenuhnya buat Hasina, tapi kenyataan hidup yang saya hadapi, saya harus mengakuinya tak mungkin saya mengajak Hasina untuk hidup susah. Dan ketika masa-masa sekolah maupun kuliah, saya bisa menunjukkan kemampuan terbaik saya, untuk menjadi anak yang berbakti dan cerdas sehingga bisa lulus tebaik waktu SMA juga bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu, dan kalaupun akhirnya saya menghadapi kenyataan hidup yang cukup pahit karena tidak mampu sukses dengan hidup lebih baik, maka tak mungkin saya akan menyalahkan orang lain kecuali saya harus bangkit melakukan hal yang terbaik yang bisa saya lakukan.

Kisah selanjutnya cukup tragis buat saya, ternyata dia mencoba berkenalan dengan lelaki lain, dan Hasinapun berpindah ke lain hati, dia bersama lelaki lain. Dan kamipun putus. Pada waktu itu saya tidak tahu persis, apa yang menyebabkan, dia menghianati saya. Yang saya sadari adalah, karena kondisi saya sendiri yang belum mapan, dan saya sangat labil. Saat itu hati saya benar-benar sangat hancur. Beberapa hari saya merasa seperti orang gila !. Dan beberapa hari selanjutnya saya sering menangis sendiri, karena dengan Hasina saya benar-benar sangat mencintainya, tapi dalam keadaan jatuh yang terpuruk seperti itu, saya mencoba mengoreksi diri sendiri, dengan lebih meningkatkan kualitas sholat tahajud saya, beberapa hari saya malakukan sholat tahajud tak putus-putus, dan saya menangis sejadi-jadinya, menyesali setiap kejadian yang telah saya lalui bersama Hasina. Yang membuat saya sangat sedih adalah saya tidak mampu membimbing Hasina bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Saya merasa gagal. Karena beberapa tahun kemudian saya dengar kabar Hasina tidak selesai kuliahnya. Dan Hasina jadi nikah dengan pemuda pilihannya tersebut, walaupun keadaannya tidak lebih baik. Saya hanya bisa prihatin, dan tak bisa berbuat apa-apa karena Hasina telah menjadi milik orang lain.

Saat itu, saya melakukan beberapa hari sholat tobat. Kurang lebih hampir tiga bulan hidup saya berantakan. Saya mulai menata lagi hidup saya dari nol. Setahap demi setahap, saya bangkit mulai melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan. Saya sempat kerja sebagai tenaga sales di sebuah perusahaan asuransi. Dan ikut traning untuk mengisi waktu luang, agar bisa focus memperbaiki diri saya. Saya berusaha keras membenahi lagi diri saya sendiri, dan memperbaiki hubungan saya dengan kakak saya, dengan membantu semaksimal mungkin usaha yang di jalankan oleh kakak saya, karena sebelumnya saya sebagian besar banyak menghabiskan waktu bersama Hasina, yang pernah saya cintai tersebut. Sampai akhirnya dengan bantuan kakaknya saya, saya ditawarkan untuk bekerja di Jakarta, melalui temannya.

Setelah kerja di Jakarta, Alhamdulillah keadaan saya berubah, saya mulai membenahi diri saya sendiri, saya total merubah diri saya, dan pengalaman saya bersama Hasina, menjadi pelajaran yang sangat berharga buat saya, saya mulai kembali mengenal diri saya, waktu kuliah saya adalah anak masjid, yang sering aktif di kegiatan masjid. Setelah semuanya membaik, dan kesibukan kantor yang cukup padat, saya mulai belajar mencintai gadis lagi, tapi saya tidak mau lagi seperti yang dulu, saya harus mempersiapkan diri secara matang diri saya sendiri, dan yakin dengan diri sendiri. Sambil memperbaiki kualitas sholat, saya senantiasa berdo’a kepada Allah, memohon diberikan jodoh yang terbaik. Saya punya keyakinan tak perlu lagi, pacar-pacaran. Semuanya tergantung diri kita sendiri, semaksimal mungkin saya membenahi diri saya sendiri. Setelah punya pendapatan sendiri sayapun focus membantu adik-adik saya. Dan membekali diri saya dengan berusaha kerja lebih tekun dan sabar.

Alhamdulillah, walaupun kenangan indah bersama Hasina sangat sulit dilupakan, tapi saya harus bangkit untuk membenahi dan memperbaiki diri saya, akhirnya kepercayaan diri saya mulai bangkit, bisa jadi semua yang telah saya lalui adalah karena ada kelemahan dan kekurangan dalam diri saya. Saya tidak boleh terlena dan terlalu larut dalam kesedihan yang berkepanjangan, saya mencoba untuk mawas diri, pengalaman bersama Hasina adalah noda dalam perjalanan hidup saya, hikmah dari semua kejadian yang telah saya lalui bersama Hasina adalah, bagaimana perjuangan saya menjaga diri, melakukan hal-hal diluar batas, apa yang dilarang oleh agama saya berusaha menghindarinya sejauh-jauhnya. Ujiannya sangat luar biasa yang telah saya lalui, tapi Alhamdulillah saya selamat, setelah saya renungi semuanya, saya harus lebih hati-hati lagi.

Setelah saya punya keberanian untuk mencintai seorang gadis, dengan bantuan kakak, dan atas ijin Allah saya di bukakan jalan untuk bisa berkenalan dengan, gadis idaman saya, yang menjadi istri saya saat ini, saya di perkenalkan dengan seorang gadis, putrinya seorang tokoh di Bandung, walau demikian sebenarnya gadis tersebut, saya suka sudah lama, dan saya pendam beberapa tahun lalu saat pertama kali saya datang ke Bandung, sebelum saya kenal dengan Hasina, tapi saat itu saya belum punya keberanian untuk mengungkapkannya. Rasa suka saya pendam bertahun-tahun. Perjuangan yang tidak mudah. Apalagi saya sempat ketemu dengan Hasina di rumah gadis idaman saya tersebut. Yang akhirnya saya gagal. Gadis yang menjadi idaman saya tersebut adalah yang menjadi Istri saya sekarang.

Alhamdulillah, pertemuan dengan istri saya menjadi sesuatu yang sangat indah dalam hidup saya, Allah menyempurnakan nikmatNya buat saya, dan inilah hidup saya. Allah benar-benar menolong saya. Kisahnya menjadi sangat indah buat saya sendiri. Tak terbayangkan oleh saya, bahwa orang yang pertama kali saya jumpa ketika pertama kali datang ke Bandung menjadi teman hidup saya selamanya. Kisah cinta saya menjadi sangat nyata di hadapan saya, saya telah ditinggal begitu saja oleh seorang gadis yang saya cintai, ketika saya mencoba mengukur perasaan saya, ternyata kenyataanya dalam diri kita ada cinta dan nafsu, keduanya sangat tipis perbedaannnya, begitu saya sadari, jodoh adalah ketentuan dari Allah, terbukalah seluruh hidup saya....karena Allah telah memberikan jodoh yang terbaik buat saya yaitu istri saya sekarang....!

Pertemuan kami Alhamdulillah, sesuai syariat karena pertama-tama saya langsung menyampaikan ke orang tuannya, setelah saya sampaikan, orang tua menyampaikan ke anaknya maksud dan tujuan saya, melihat keseriusan saya orang tua menanyakan ke anaknya. Alhamdulillah saya diterima. Karena perasaan telah saya pendam bertahun-tahun, walau gadis pilihan saya yang akan menjadi istri saya tak mengetahuinya, tapi saya merasa telah mengenal beberapa tahun yang lalu, sehingga saya tak memerlukan waktu lagi untuk lebih mengenalnya. Akhirnya melalui orang tua, saya memberanikan diri untuk melamarnya. Niat saya, kami akan menjalani masa-masa indah setelah kami menjadi suami istri. Kenangan dan cerita indahpun telah kami lalui. Sampai hari ini (Jum’at tanggal 17 Desember 2010) tak terasa kami telah melalui bersama selama 15 tahun.

Buat Istriku Tersayang....! SELAMAT ULANG TAHUN PERNIKAHAN kita yang ke 15. Terima kasih Alahamdulillah hari ini telah 15 tahun, jadi pendampingku yang setia, udah jadi Istri yang baik dan sesuai dengan harapan serta mimpiku ...udah jadi IBU yang baik buat Luqman Rafif, Rifki Alaudin dan Muhamad Kahfi Al Bana .. Jangan pernah berhenti untuk selalu bersyukur dan bertakwa pada Alloh SWT,... mohon maaf kalau selama ini Suamimu belum bisa memberikan yang terbaik ... setiap hari saya akan perbaiki diri, Insya Alloh menjadi lebih baik,..dan lebih sabar ... ISTRIKU, terimakasih sudah menjadi pelipur lara dan penghilang rasa sedih saya selama ini. menjadi penyejuk hati dan mata selama ini.... terimakasih saat saat kita merasakan kebahagiaan bersama..... terimakasih sudah hadir setiap hari disamping saya,... juga jadi orang pertama yang saya lihat kalau bangun tidur ... semoga kesabaran 'MAMA' selama ini diganti dengan syurga oleh Alloh SWT, semoga anak kita menjadi anak yang sholeh.. Semoga keluarga kita menjadi Keluarga Sakinah, mawadah warahmah....... dan semoga kita semakin kuat dan kompak menghadapi hari esok ...Amien. Ya Allah jadikanlah Anak dan istriku menjadi penyejuk hati dan pandanganku...! dari YANG SELALU MENCINTAIMU DAN SELAMAMNYA............ Pak UDIN....(Sang Suami...)

Kenapa bagian dalam hidup saya seperti ini perlu saya ceritakan dalam ‘sketsa’ saya, karena saya melihat sangat penting untuk diketahui oleh anak-anak saya, ataupun siapa saja yang akan mengenal saya. Katakanlah saya memang punya obsesi tentang seorang wanita, dan saya pernah mengenal beberapa wanita, tapi Hasina adalah seorang wanita yang pernah hadir dalam hidup saya, dan tentunya punya kenangan tersendiri. Dan itu berarti, saya tak bisa menutup diri tentang masa lalu yang telah saya lalui bersama Hasina. Sekarang saya telah menjalani hidup saya dengan bahagia bersama keluarga saya, anak dan istri saya. Kalau hidup adalah sebuah pilihan, pilihan hidup bahagia dengan keluarga adalah pilihan terbaik saya. Dan apapun kenangan dan cerita masa lalu itu semua adalah cerita hidup. Dan yang paling membahagiakan saya adalah Tuhan telah menunutun saya dengan cara yang sangat luar biasa, yaitu mempertemukan saya dengan seorang perempuan yang sekarang menjadi istri saya. Semua orang punya cerita masa muda, dan cerita masa muda saya, saya jalani dengan sederhana dan apa adanya, dan kisah cinta saya dengan Hasina walau agak sedikit telat menurut umur, saya telah menemukan pelajaran yang sangat berharga, walaupun berakhir dengan sakit hati. Tapi dibalik semua itu saya menemukan hikamh hidup saya. Setidaknya bagaimana rasanya sakit hati. Sekali lagi saya ingin tegaskan bahwa saya hanyalah manusia biasa, yang mencoba ingin memperbaiki hidup agar bisa lebih baik.